Amlapura (Antara Bali) - Ribuan warga Pesaban, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali menghadiri sekaligus melakukan "ngebet" atau penggalian tulang manusia sebanyak 48 orang di kuburan setempat sebagai salah satu rangkaian upacara ngaben massal yang akan digelar Minggu (21/8).
Ribuan warga Pesaban pada Jumat pagi sekitar pukul 04.00 Wita berduyun-duyun mendatangi "setra" atau kuburan desa setempat.
Dengan membawa sekop, cangkul dan peralatan sederhana lainnya warga menyebar mencari tempat kubur sanak saudaranya yang telah meninggal, kemudian dilakukan penggalian.
Setelah dilakukan penggalian, tulang belulang itu dicuci hingga bersih, kemudian disusun layaknya kerangka manusia di atas daun pinang kering selanjutnya dibungkus dengan kain putih.
Kemudian, sebagai tanda penghormatan kepada "sawe" atau mayat yang sudah berbentuk tulang-belulang masing -masing keluarga menyentuh tulang-belulang yang telah dibungkus dalam kain itu.
Usai diberi nama pada tulang yang dibungkus, selanjutnya tulang belulang itu ditempatkan ke tempat tulang terbuat dari bambu serta daun kelapa.
"Prosesi itu merupakan salah satu rangkaian dari pada upacara ngaben massal yang akan dilaksanakan pada Minggu (21/8) mendatang," kata Ketua Panitia Upacara Ngaben, I Nyoman Satu Arjana didampingi Perbekel, sekaligus Pjs Bendesa atau Ketua Adat Pesaban, I Wayan Sujana.
Nantinya, bertepatan pada saat upacara pengabenan, kata Satu Arjana tulang belulang itu akan ditempatkan pada penulangan atau tempat tulang disimbolikan dengan pelbagai jenis binatang seperti sapi hitam, ikan, singa dan lain sebagainya.
Kata dia, tulang itu ditempatkan pada jenis binatang yang berbeda sesuai dengan trah atau silsilah leluhurnya.
"Selanjutnya tulang -belulang itu diupacarai dan setelah itu dibakar bersama bade atau tempat pengusungan jenazah," katanya.
Sebelumnya "pengrajeg karya" atau penanggung jawab upacara, Jero Mangku Wayan Suastika mengatakan, sebelum melakukan penggalian tulang belulang, warga melaksanakan "ngening" di pancuran mata air Bendul yang bertujuan "sang pitara" atau arwah ke tingkatan yang lebih tinggi sebelum upacara puncak ngaben massal dilaksanakan.
Sebelum upacara puncak dilakukan, kata pria yang juga Mangku Dalem Pesaban itu, warga juga menggelar upacara "nunas" di Pura Mrajapati, kemudian dilanjutkan upacara "ngeblugin" atau membangkitkan sang pitana atau atma (arwah) di kuburan.
"Usai upacara itu, warga melakukan upacara "ngaskara" atau membersihkan lokasi upacara," katanya.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Ribuan warga Pesaban pada Jumat pagi sekitar pukul 04.00 Wita berduyun-duyun mendatangi "setra" atau kuburan desa setempat.
Dengan membawa sekop, cangkul dan peralatan sederhana lainnya warga menyebar mencari tempat kubur sanak saudaranya yang telah meninggal, kemudian dilakukan penggalian.
Setelah dilakukan penggalian, tulang belulang itu dicuci hingga bersih, kemudian disusun layaknya kerangka manusia di atas daun pinang kering selanjutnya dibungkus dengan kain putih.
Kemudian, sebagai tanda penghormatan kepada "sawe" atau mayat yang sudah berbentuk tulang-belulang masing -masing keluarga menyentuh tulang-belulang yang telah dibungkus dalam kain itu.
Usai diberi nama pada tulang yang dibungkus, selanjutnya tulang belulang itu ditempatkan ke tempat tulang terbuat dari bambu serta daun kelapa.
"Prosesi itu merupakan salah satu rangkaian dari pada upacara ngaben massal yang akan dilaksanakan pada Minggu (21/8) mendatang," kata Ketua Panitia Upacara Ngaben, I Nyoman Satu Arjana didampingi Perbekel, sekaligus Pjs Bendesa atau Ketua Adat Pesaban, I Wayan Sujana.
Nantinya, bertepatan pada saat upacara pengabenan, kata Satu Arjana tulang belulang itu akan ditempatkan pada penulangan atau tempat tulang disimbolikan dengan pelbagai jenis binatang seperti sapi hitam, ikan, singa dan lain sebagainya.
Kata dia, tulang itu ditempatkan pada jenis binatang yang berbeda sesuai dengan trah atau silsilah leluhurnya.
"Selanjutnya tulang -belulang itu diupacarai dan setelah itu dibakar bersama bade atau tempat pengusungan jenazah," katanya.
Sebelumnya "pengrajeg karya" atau penanggung jawab upacara, Jero Mangku Wayan Suastika mengatakan, sebelum melakukan penggalian tulang belulang, warga melaksanakan "ngening" di pancuran mata air Bendul yang bertujuan "sang pitara" atau arwah ke tingkatan yang lebih tinggi sebelum upacara puncak ngaben massal dilaksanakan.
Sebelum upacara puncak dilakukan, kata pria yang juga Mangku Dalem Pesaban itu, warga juga menggelar upacara "nunas" di Pura Mrajapati, kemudian dilanjutkan upacara "ngeblugin" atau membangkitkan sang pitana atau atma (arwah) di kuburan.
"Usai upacara itu, warga melakukan upacara "ngaskara" atau membersihkan lokasi upacara," katanya.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011