Jakarta (Antaranews Bali) - Direktur Utama PT Istaka Karya Sigit Winarto mengungkapkan ada 28 pekerja yang menjadi korban kekerasan di lokasi proyek pembangunan jembatan namun para korban tersebut belum dapat dievakuasi dari lokasi kejadian yang berada di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. 

“Namun jumlah tersebut masih kami koordinasikan. Kami belum bisa memastikan jumlah korban,” ujar Sigit Winarto dalam jumpa pers di Kementerian PUPR terkait musibah yang menimpa pekerja pembangunan jembatan di Provinsi Papua, Selasa.

Ia mengatakan bahwa setiap pengerjaan proyek ruas jalan di Papua tersebut senantiasa berkoordinasi dengan aparat keamanan. 

“Kami melakukan sosialisasi dan pengamanan secara internal. Kami juga menggandeng pekerja lokal dan pengurus keamanan setempat,” ujar Sigit Winarto. 

Diakui olehnya, sebagian besar pekerja itu didatangkan dari Sulawesi. Namun, identitas korban akan dilaporkan setelah proses evakuasi dan mereka akan dilarikan ke Wamena. 

Menurut Sigit Winarto, dalam proses pembangunan Trans Papua ini terdapat beberapa kejadian yang menganggu, namun semua itu dapat diatasi dengan negosiasi secara lokal. 

“Sebetulnya kami memiliki telepon satelit di lapangan. Tapi, satu sampai tiga hari sebelum kejadian, telepon satelit tidak bisa dihubungi. Sampai sekarang belum bisa dihubungi,” jelasnya. 

Hingga saat ini, sambungnya, pekerjaan ini ditunda hingga mendapat rekomendasi aparat keamanan. 

“Tim kami dan Pak Menteri akan ke Wamena malam ini juga. Secepatnya. Kita harus clearance. Kami ke lokasi dan evakuasi paling penting,” tandasnya. 

Sigit Winarto juga menambahkan bahwa nilai proyek itu adalah Rp184 miliar dan telah dikerjakan sejak 2016 dan direncanakan selesai pada akhir tahun 2019. 

Baca juga: Menteri PUPR cek perkembangan pembangunan infrastruktur Papua

Baca juga: Presiden tinjau proyek pembangunan Jembatan Holtekam

(AL)

 

 

Pewarta: Anggarini Paramita

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018