Denpasar, (Antaranews Bali) - Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati  mengharapkan ada solusi dalam pengembangan pariwisata budaya setempat di tengah era milineal, supaya jangan sampai tercerabut dari akar budayanya.
     
"Jangan sampai era digital mengurangi pariwisata budaya karena dalam pariwisata budaya masyarakat ikut terlibat sebagai subjek. Jangan sampai dengan era digital masyarakat hanya sebagai penontonnya saja," kata Wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace itu saat membuka 'The Second Bali Internasional Tourism Conference (Bali ITC) Millennial Tourism' itu, di Universitas Udayana, Denpasar, Kamis.
     
Menurut dia, era milineal adalah tren dewasa ini yang tidak bisa dihindari. Untuk itu, pihaknya mengharapkan pertemuan tersebut bisa memberikan solusi terkait pengembangan pariwisata Bali ke depannya di tengah era milineal. "Kami harapkan digitalisasi nantinya tidak kontradiktif dengan pariwisata budaya yang dimiliki Bali. Era milineal bersifat dinamis dengan menggunakan teknologi, sedangkan satu sisi pariwisata budaya  cenderung bersifat statis  dan menjadikan masyarakat sebagai subjeknya," ujarnya.
     
Dengan diangkatnya tema "Creative Strategies Towards Sustainable Tourism Development in Milineal Era" dalam acara tersebut, diharapkan dapat dilakukan pembahasan secara komprehensif terkait pengembangan pariwisata  Bali yang berkelanjutan. "Nantinya, hal itu akan dapat memberi dampak  positif bagi kemajuan pariwisata  Bali, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap melindungi lingkungan serta nilai-nilai luhur yang kita miliki," ujar Cok Ace.
     
Sementara itu, Menteri Pariwisata yang diwakili Prof Dr I Gede Pitana selaku Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata dalam paparannya yang berjudul "marketing hyperconnected society" menyampaika bahwa dalam menghadapi era milineal perlu dilakukan kajian serta analisa tajam terkait bagaimana karakteristik dari era milineal itu sendiri, kemudian mengkaitkannya dengan produk yang diharapkan di era tersebut.
     
Produk-produk pariwisata, nantinya harus dapat menyesuaikan dengan segmen atau kebutuhan pasar, dan tentu saja harus sejalan dengan  undang-undang, peraturan serta nilai-nilai budaya dan agama yang ada. 
     
Bali ITC yang kedua kali ini diisi dengan pemaparan lebih dari 100 makalah hasil penelitian serta kunjungan lapangan dan akan berlangsung dari tanggal 8-10 November 2018.
 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018