Denpasar (Antara) - Perusahaan pinjam meminjam dalam jaringan (daring) Akseleran menargetkan realisasi pembiayaan usaha kecil menengah (UKM) hingga Rp1 triliun pada tahun 2019, karena potensi pertumbuhan pasar semakin besar diiringi kebutuhan modal usaha yang diprediksi semakin tinggi. 

"Kami optimistis tercapai karena pertumbuhan realisasi pembiayaan setiap bulan rata-rata 10-20 persen," kata CEO dan pendiri Akseleran Ivan Tambunan serangkaian "Financial Technology (Fintech) Day" di Denpasar, Jumat. 

Untuk mencapai target itu, pihaknya akan menggandeng sejumlah perusahaan untuk menyalurkan pembiayaan khususnya kredit produktif bagi pelaku UKM. 

Selain itu, pihaknya mengoptimalkan realisasi pembiayaan kepada pelaku UMKM yang selama ini beroperasi melalui wadah perdagangan dalam jaringan atau "online mercant financing".

Pembiayaan tanpa agunan kepada pedagang dalam jaringan itu merupakan satu dari empat fokus perusahaan "fintech" dengan kredit mulai Rp1 juta bertenor 6-12 bulan dengan besaran bunga 24 persen. 

Tiga skema lainnya yakni "invoice financing" bagi pelaku UKM untuk mendapatkan pinjaman dengan menyertakan surat perintah kerja, kontrak atau tagihan yang dijadikan agunan. "Skema ini yang paling laku, sekitar 80 persen dari total pinjaman yang sudah disalurkan," katanya. 

Pilihan pembiayaan lainnya yakni berbasis inventaris menyasar ritel dan distributor serta pinjaman pembelian mesin atau peralatan kerja dengan besaran kredit yang dikucurkan 70 persen dari nilai peralatan dan mengagunkan mesin peralatan itu sendiri. 

Minimal pinjaman untuk tiga skema itu mencapai Rp75 juta hingga Rp2 miliar dengan bunga efektif per tahun 11,75-30 persen tenor 1-12 bulan namun rata-rata pinjaman yang dikucurkan sebesar Rp500 juta bertenor 3-6 bulan dengan bunga 18-21 persen per tahun.

Untuk mendapatkan pinjaman itu debitur untuk tiga skema tersebut menyertakan kartu identitas, NPWP, laporan keuangan setahun, rekening koran tiga bulan dengan proses pinjaman pertama disetujui dalam waktu tiga hari. Rata-rata per bulan pembiayaan disalurkan mencapai Rp20-25 miliar dan tahun 2018 ditargetkan penyaluran per bulan Rp60 miliar. 

Ivan menambahkan peminjam UKM terbanyak berasal dari sektor migas, pertambangan, dan konstruksi yang tersebar di sejumlah kota di Tanah Air di antaranya kawasan Jabodetabek, Jawa Barat, Balikpapan dan Maluku.

Di Bali, pihaknya mencatat belum ada realisasi pembiayaan dari Pulau Dewata namun kebalikannya pemberi pinjaman atau investor dari Bali masuk jajaran lima besar. Meski demikian pihaknya akan membidik Bali sebagai salah satu target realisasi pembiayaan karena tumbuhnya UKM kerajinan sebagai pendukung industri pariwisata. 

Selama sekitar satu tahun hingga Oktober 2018, Akseleran sudah mengucurkan Rp145 miliar dengan debitur mencapai 300 orang dan total investor dari kalangan masyarakat umum dan institusi ("leasing") mencapai 30 ribu investor. "Sampai akhir tahun ini kami optimis bisa menyalurkan pembiayaan hingga Rp200 miliar," ucapnya. 

Akseleran bersama dengan sejumlah perusahaan pinjam meminjam dalam jaringan lainnya hadir di Bali serangkaian "Fintech Day" yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Selama di Pulau Dewata, perusahaan yang didirkan pada Oktober 2017 tersebut juga sempat mengunjungi beberapa media salah satunya LKBN Antara Biro Bali pada Kamis (25/10). Dalam kunjungan di LKBN Antara itu, Head of Public & Government Relation "Akseleran" Rimba Laut dan dua rekannya diterima langsung Kepala Biro LKBN Antara Bali Edy M Yakub dan dua karyawannya.

"Media sangat penting untuk mengedukasi masyarakat agar tidak tertipu dengan fintech lending yang belum terdaftar di OJK dan saat ini memang ada fintech lending yang bersifat konsumtif dan ada yang produktif, apalagi Antara mampu mengedukasi masyarakat lebih luas melalui sinerginya dengan media massa dan masyarakat," kata Rimba Laut.(ed)

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018