Negara (Antara Bali) - Warga Delodberawah, Kabupaten Jembrana, wilayah barat Bali, menolak daerahnya mendapat julukan sebagai pusat prostitusi berkedok kafe, yang belakangan disinyalir menjadi salah satu tempat penyebaran HIV/AIDS.

Perbekel atau Kepala Desa Delodbrawah, Made Rentana, dilaporkan Minggu, mengakui hal tersebut dan menyatakan pihaknya akan menertibkan kafe remang-remang yang ada di wilayahnya.

Disebutkan bahwa pihaknya telah mengumpulkan tokoh adat, tokoh masyarakat, aparat desa, termasuk pengelola kafe, guna mencari solusi terkait maraknya keberadaan kafe tersebut.

Menurut Rentana, pihaknya bersama elemen desa lainnya ingin merubah citra Delodbrawah yang selama ini identik dengan kafe beserta prostitusi terselubungnya.

"Kami bersama elemen masyarakat dan sebagian besar warga, sebenarnya tidak suka juga jika Delodbrawah dikatakan sebagai sentra prostitusi yang menjadi penyebar HIV/AIDS," katanya menegaskan.

Rentana menilai, desa adat memegang peranan sangat penting untuk menghentikan keberadaan kafe di wilayahnya.

Ia mengungkapkan, rata-rata kafe-kafe itu dibangun di atas tanah milik "pecatu" Pura Gede Perancak yang luas keseluruhannya mencapai sekitar dua hektare.

Pemilik kafe menyewa lahan tersebut dengan besaran harga bervariasi, tergantung luas dan masa sewa masing-masing warung remang-remang.

Jika pemilik kafe hanya menyewa satu tahun dikenai biaya sewa Rp1 juta per are atau per 100 meter persegi, sementara jika mengontrak sampai lima tahun biaya sewanya turun menjadi Rp800 ribu per are.

"Karena itu tanah adat, kami berharap desa adat tidak lagi memperpanjang masa kontrak bagi pemilik kafe jika masa sewanya sudah habis," ujar Rentana.

Di sisi lain, Rentana juga minta kepada aparat seperti Satpol PP Kabupaten Jembrana, agar berkoordinasi dengan pihaknya sebelum melakukan penertiban penduduk pendatang di Delodbrawah.

"Hal tersebut untuk menghindari benturan antara warga yang salah paham terhadap kehadiran aparat Satpol PP," ujar Rentana.

Terkait penyebaran HIV/AIDS yang disinyalir berasal dari cewek kafe di wilayahnya, Rentana mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Kesos Jembrana.

"Mungkin pelayan yang kerja di sini harus di tes dulu. Yang jelas soal HIV/AIDS ini akan kita sosialisasikan agar masyarakat maupun pelayan kafe paham," tambahnya.(**)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011