Nusa Dua (Antaranews Bali) - Gubernur Bali I Wayan Koster menyebut penyelenggaraan Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-WB) 2018 ibarat promosi gratis pariwisata Bali.
"Ini adalah promosi citra pariwisata Indonesia, dan Bali pada khususnya. Peserta internasional dari 189 negara akan menjadi juru bicara di negaranya masing-masing tentang pariwisata kita," ujar Wayan Koster dalam media briefing di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF-WB di kawasan Nusa Dua, Bali, Sabtu.
Dengan jumlah peserta dan delegasi mencapai 36 ribu orang, ia meyakini bahwa pertemuan tersebut akan mendongkrak sektor pariwisata yang selama ini menjadi kekuatan ekonomi Pulau Dewata.
Selain peningkatan kunjungan wisatawan asing, Bali juga diuntungkan dengan pengembangan infrastruktur untuk menyambut pertemuan IMF-WB, yang dilakukan oleh pemerintah pusat.
Sebagian besar anggaran penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-WB yang bersumber dari APBN 2017 dan 2018 digunakan untuk perluasan apron Bandara Internasional Ngurah Rai, pembangunan underpass Ngurah Rai untuk mengurangi kemacetan transportasi menuju tempat penyelenggaraan pertemuan di Nusa Dua, serta revitalisasi TPA Regional Sarbagita Suwung di Denpasar.
"Saya yakin pariwisata di Bali akan tumbuh dan semakin kuat citranya. Sektor ini harus terus dibangun karena saat ini kita berkompetisi dengan negara-negara lain," tutur Wayan.
Gubernur yang baru dilantik pada 5 September 2018 itu mengaku memonitor pergerakan para peserta dan delegasi pertemuan IMF-WB, yang sebagian juga membawa serta keluarganya untuk berlibur.
"Saya monitor para delegasi ini sekarang ada di beberapa destinasi wisata di Bali seperti Desa Adat Penglipuran, Ubud, Kintamani, dan Tanah Lot," kata Wayan.
Selain Bali, Indonesia sebagai tuan rumah juga menyiapkan sedikitnya 63 paket wisata unggulan di tujuh destinasi lain yakni Lombok, Yogyakarta, Banyuwangi, Danau Toba, Tana Toraja, dan Komodo-Flores dan Sumba.
Baca juga: Berkah "pesta" pertemuan IMF-WB untuk Bali
Baca juga: Luhut: pertumbuhan ekonomi Bali melebihi 6,5 persen
Studi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan pertemuan global ini akan menambah kedatangan 18.000 orang wisatawan mancanegara plus 1.800 wisatawan nusantara, sehingga pertumbuhan wisatawan mancanegara ke Bali mencapai 16,4 persen pada 2018.
Kegiatan ekonomi juga meningkat sebesar 0,64 persen, sehingga pertumbuhan ekonomi di Bali diperkirakan pada akhir tahun mencapai 6,54 persen, atau lebih tinggi dari baseline tanpa ada acara pertemuan IMF-Bank Dunia, sebesar 5,9 persen.
Tambahan sebesar 0,64 persen tersebut antara lain berasal dari pertumbuhan berbagai industri seperti sektor konstruksi 0,26 persen, sektor lain-lain 0,21 persen, hotel 0,12 persen dan sektor makanan serta minuman 0,05 persen.
Total penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia ini memberikan sumbangan kepada perekonomian sebesar Rp7,8 triliun yang di antaranya berasal dari kegiatan konstruksi infrastruktur, penyiapan tempat wisata, hotel dan akomodasi serta perdagangan.
Namun, potensi pendapatan negara diperkirakan lebih besar dari studi tersebut mengingat jumlah peserta pertemuan mencapai 36 ribu orang, dari estimasi awal 19 ribu orang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Ini adalah promosi citra pariwisata Indonesia, dan Bali pada khususnya. Peserta internasional dari 189 negara akan menjadi juru bicara di negaranya masing-masing tentang pariwisata kita," ujar Wayan Koster dalam media briefing di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF-WB di kawasan Nusa Dua, Bali, Sabtu.
Dengan jumlah peserta dan delegasi mencapai 36 ribu orang, ia meyakini bahwa pertemuan tersebut akan mendongkrak sektor pariwisata yang selama ini menjadi kekuatan ekonomi Pulau Dewata.
Selain peningkatan kunjungan wisatawan asing, Bali juga diuntungkan dengan pengembangan infrastruktur untuk menyambut pertemuan IMF-WB, yang dilakukan oleh pemerintah pusat.
Sebagian besar anggaran penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-WB yang bersumber dari APBN 2017 dan 2018 digunakan untuk perluasan apron Bandara Internasional Ngurah Rai, pembangunan underpass Ngurah Rai untuk mengurangi kemacetan transportasi menuju tempat penyelenggaraan pertemuan di Nusa Dua, serta revitalisasi TPA Regional Sarbagita Suwung di Denpasar.
"Saya yakin pariwisata di Bali akan tumbuh dan semakin kuat citranya. Sektor ini harus terus dibangun karena saat ini kita berkompetisi dengan negara-negara lain," tutur Wayan.
Gubernur yang baru dilantik pada 5 September 2018 itu mengaku memonitor pergerakan para peserta dan delegasi pertemuan IMF-WB, yang sebagian juga membawa serta keluarganya untuk berlibur.
"Saya monitor para delegasi ini sekarang ada di beberapa destinasi wisata di Bali seperti Desa Adat Penglipuran, Ubud, Kintamani, dan Tanah Lot," kata Wayan.
Selain Bali, Indonesia sebagai tuan rumah juga menyiapkan sedikitnya 63 paket wisata unggulan di tujuh destinasi lain yakni Lombok, Yogyakarta, Banyuwangi, Danau Toba, Tana Toraja, dan Komodo-Flores dan Sumba.
Baca juga: Berkah "pesta" pertemuan IMF-WB untuk Bali
Baca juga: Luhut: pertumbuhan ekonomi Bali melebihi 6,5 persen
Studi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan pertemuan global ini akan menambah kedatangan 18.000 orang wisatawan mancanegara plus 1.800 wisatawan nusantara, sehingga pertumbuhan wisatawan mancanegara ke Bali mencapai 16,4 persen pada 2018.
Kegiatan ekonomi juga meningkat sebesar 0,64 persen, sehingga pertumbuhan ekonomi di Bali diperkirakan pada akhir tahun mencapai 6,54 persen, atau lebih tinggi dari baseline tanpa ada acara pertemuan IMF-Bank Dunia, sebesar 5,9 persen.
Tambahan sebesar 0,64 persen tersebut antara lain berasal dari pertumbuhan berbagai industri seperti sektor konstruksi 0,26 persen, sektor lain-lain 0,21 persen, hotel 0,12 persen dan sektor makanan serta minuman 0,05 persen.
Total penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia ini memberikan sumbangan kepada perekonomian sebesar Rp7,8 triliun yang di antaranya berasal dari kegiatan konstruksi infrastruktur, penyiapan tempat wisata, hotel dan akomodasi serta perdagangan.
Namun, potensi pendapatan negara diperkirakan lebih besar dari studi tersebut mengingat jumlah peserta pertemuan mencapai 36 ribu orang, dari estimasi awal 19 ribu orang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018