Denpasar (Antaranews Bali) - Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) VIII, Prof Dr. Nengah Dasi Astawa menyatakan perguruan tinggi se-Indonesia akan terus menindaklanjuti rembuk nasional dalam menegakkan konsensus kebangsaan dalam berbangsa dan bernegara tentang upaya menjaga Pancasila dan mencegah berkembangnya ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
"Menyadari bahwa pertemuan `Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi (AKPT)` di Nusa Dua, Bali pada 2017 merupakan peristiwa yang sangat penting, bermakna, dan bersejarah bagi bangsa, karena itu tahun 2018 akan kembali memperingati kegiatan tersebut melalui pertemuan atau seminar. Terlebih bagi generasi muda yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan. Sehingga tercipta dan kokohnya bangsa Indonesia," katanya di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan pertemuan tersebut sangat penting dan semangat pertemuan tersebut harus tetap tertanam kuat dalam batin, dan tentu memerlukan tindak lanjut berupa perumusan gagasan-pemikiran yang cerdas dan bermanfaat dari pimpinan perguruan tinggi se-Indonesia tentang upaya menjaga Pancasila dan mencegah berkembangnya ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Menurut Dasi, sesungguhnya pertemuan tersebut bertujuan merumuskan langkah-langkah konkret dalam mencegahmasuknya paham radikalisme ke dunia kampus. Selain itu, memperkuat pemahaman ideologi Pancasila dalam kurikulum pendidikan bagi mahasiswa dan pembinaan dosen pengajar.
Selain itu, merumuskan langkah-langkah pengawasan dan pengendalian organisasi kemahasiswaan dan unit kegiatan kemahasiswaan dari pengaruh radikalisme, merumuskan strategi penyampaian ideologi Pancasila yang efektif kepada generasi milenial, dan menjaga kemandirian atau netralitas dunia akademik dalam kontek politik praktis.
"Saya mendorong agar kampus, bukan hanya membuahkan wadah lembaga, tetapi juga harus mengisinya dengan ?kegiatan. Mengingat bahaya radikalisme-intoleransi yang sedemikian nyata, maka civitas akademika harus berani menggaungkan kegiatan kampus lebih kuat lagi dan menyebarkannya secara masif. Gaung ini merupakan peneguhan sikap kampus kepada publik terhadap radikalisme, sekaligus memperkuat branding kampus itu sendiri," ujarnya.
Sementara itu, Dr. Ida Bagus Radendra Suastama, penggagas dan koordinator kegiatan tersebut mengatakan rumusan-rumusan yang nanti dihasilkan akan disampaikan langsung kepada Presiden RI.
"Secara teknis rumusan tersebut diharapkan menjadi rujukan Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi, Menteri Agama, serta menteri-menteri penyelengara pendidikan kedinasan lainnya dalam penyusunan strategi dan kurikulum pendidikan Pancasila di kalangan PT," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Menyadari bahwa pertemuan `Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi (AKPT)` di Nusa Dua, Bali pada 2017 merupakan peristiwa yang sangat penting, bermakna, dan bersejarah bagi bangsa, karena itu tahun 2018 akan kembali memperingati kegiatan tersebut melalui pertemuan atau seminar. Terlebih bagi generasi muda yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan. Sehingga tercipta dan kokohnya bangsa Indonesia," katanya di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan pertemuan tersebut sangat penting dan semangat pertemuan tersebut harus tetap tertanam kuat dalam batin, dan tentu memerlukan tindak lanjut berupa perumusan gagasan-pemikiran yang cerdas dan bermanfaat dari pimpinan perguruan tinggi se-Indonesia tentang upaya menjaga Pancasila dan mencegah berkembangnya ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Menurut Dasi, sesungguhnya pertemuan tersebut bertujuan merumuskan langkah-langkah konkret dalam mencegahmasuknya paham radikalisme ke dunia kampus. Selain itu, memperkuat pemahaman ideologi Pancasila dalam kurikulum pendidikan bagi mahasiswa dan pembinaan dosen pengajar.
Selain itu, merumuskan langkah-langkah pengawasan dan pengendalian organisasi kemahasiswaan dan unit kegiatan kemahasiswaan dari pengaruh radikalisme, merumuskan strategi penyampaian ideologi Pancasila yang efektif kepada generasi milenial, dan menjaga kemandirian atau netralitas dunia akademik dalam kontek politik praktis.
"Saya mendorong agar kampus, bukan hanya membuahkan wadah lembaga, tetapi juga harus mengisinya dengan ?kegiatan. Mengingat bahaya radikalisme-intoleransi yang sedemikian nyata, maka civitas akademika harus berani menggaungkan kegiatan kampus lebih kuat lagi dan menyebarkannya secara masif. Gaung ini merupakan peneguhan sikap kampus kepada publik terhadap radikalisme, sekaligus memperkuat branding kampus itu sendiri," ujarnya.
Sementara itu, Dr. Ida Bagus Radendra Suastama, penggagas dan koordinator kegiatan tersebut mengatakan rumusan-rumusan yang nanti dihasilkan akan disampaikan langsung kepada Presiden RI.
"Secara teknis rumusan tersebut diharapkan menjadi rujukan Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi, Menteri Agama, serta menteri-menteri penyelengara pendidikan kedinasan lainnya dalam penyusunan strategi dan kurikulum pendidikan Pancasila di kalangan PT," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018