Bangli (Antaranews Bali) - Kabupaten, Bangli, Bali, telah dipilih menjadi lokasi dibangunnya pusat pertukaran budaya Buddha "One Belt One Road" yang pertama kali sebagai bentuk kerja sama antara Tiongkok dengan Indonesia, dan menambah khazanah bagi wisata spiritual Pulau Dewata.

"Pusat pertukaran budaya ini akan dimulai di Bali. Ini yang pertama kali. Selanjutnya, akan dikembangkan di Australia, Kamboja, dan negara lain di sepanjang jalur One Belt One Road," kata Peter Wang, pendiri dan presiden kehormatan seumur hidup Asosiasi 'The Belt and Road Entrepreneur Business Chambers' di Bangli, Sabtu.

Bali telah dipilih sebagai pusat pertukaran budaya yang pertama karena merupakan salah satu pulau paling memesona dari lebih 17.000 pulau di Indonesia.

"Selain itu, Bali juga merupakan "pulau wisata" terkenal di dunia dengan pemandangan yang indah, sejarah budaya yang unik dan suasana religius yang kuat," kata Peter Wang dalam acara peresmian pusat pertukaran budaya Buddha yang dihadiri Direktur Promosi Greater China Kementerian Pariwisata, Vincent Jemadu.

Pusat pertukaran budaya seluas 10.000 meter persegi (1 Ha) itu terletak di lereng Gunung Batur, Kintamani, Desa Sekardadi, Kabupaten Bangli, Bali dan akan menjadi tempat meditasi untuk melakukan pendidikan moral dan pertukaran budaya Buddha.

"Lokasi itu juga akan menjadi tempat mengembangkan panti asuhan, perguruan tinggi dengan tiga bahasa yakni Indonesia, Inggris dan Mandarin, serta pendidikan berbagai teknis bagi masyarakat miskin," ujar Peter Wang yang juga pengusaha sukses di Australia.

Bangunan pusat pertukaran budaya ini memiliki perpustakaan dengan buku-buku yang kaya, aliran Buddha klasik, dan Konfusius serta budayanya. Tersedia pula sejumlah ruang inap bagi umat yang jauh untuk tinggal berlatih dan meditasi.

"Pusat pertukaran budaya ini akan dikelola oleh Asosiasi Buddha Putuoshan, Tiongkok," katanya dalam acara peresmian pusat pertukaran budaya Buddha yang juga dihadiri mantan Gubernur Bali I Made Mangku Pastika dan banyak biksu Buddha itu.

Dalam sambutannya, Mangku Pastika menilai sangat tepat membangun pusat pertukaran budaya antara Indonesia dengan Tiongkok di sini, karena di sini pernah hidup seorang Raja Bali yang menikah dengan Putri Tiongkok.

"Berbagai peralatan sembahyang Hindu Bali juga persis sama dengan Buddha Tiongkok," katanya.

Sementara itu, Direktur Promosi Greater China Kementerian Pariwisata, Vincent Jemadu, menyambut baik peresmian pembangunan pusat budaya Buddha daru hasil kerja sama hubungan erat pemerintah Indonesia dengan Tiongkok.

"Ini menambah khazanah baru bagi wisata spiritual di Bali. Apalagi turis Tiongkok telah menduduki turis asing terbanyak selama dua tahun berturut-turut yakni 2016 dan 2017 dengan mengalahkan Singapura-Malaysia dan Australia," katanya.

Dari Januari-Agustus 2018 sudah tercatat 1,5 juta turis China datang ke Indonesia. Setiap bulan, rata-rata turis Tiongkok datang ke Indonesia mencapai 200.000 turis. Target tahun ini, 2,6 juta turis China akan datang ke Indonesia, dengan dominan ke Bali. (ed)

Pewarta: Adi Lazuardi

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018