Gianyar, (Antaranews Bali) - Putri Suastini Koster, seniman dan sekaligus istri Gubernur Bali mengapresiasi dan mendukung setiap kegiatan yang berkaitan dengan seni budaya yang dapat membuka wawasan seniman dan menunjang sektor pariwisata di Pulau Dewata.
      
"Acara seperti ini bisa mencerahkan dan mencerdaskan, karena di ajang seperti inilah kita bisa menyatukan ide-ide untuk kemudian kita aktualisasikan demi kemajuan dan peningkatan keativitas para pelaku seni dan budaya," kata Putri Suastini saat menjadi narasumber dalam  Festival Of Indonesianity In The Arts (FIA) Diseminasi Hasil Penelitian dan Penciptaan Seni ISI Denpasar bertajuk Enpowering Taksu, di Bentara Budaya, di Gianyar, Senin.
      
Di samping itu, lanjut dia, juga sebagai bentuk pelestarian seni budaya yang merupakan aset Bali dalam menunjang sektor pariwisata. Di sisi lain, di tengah kemajuan era teknologi informasi, menurut Suastini Koster, seni seharusnya dapat berkembang lebih pesat dan cepat, karena dengan kemudahan akses teknologi dapat mendukung pembelajaran, penyebaran, dan promosi seni itu sendiri.
     
"Jangan kita yang dimanfaatkan oleh teknologi, tetapi kitalah yang harus memanfaatkan teknologi sehingga bisa tercipta satu seni yang berkembang sesuai zamannya," ujarnya seraya menyampaikan pengalamannya selama 40 tahun menggeluti dunia seni terkait tema taksu yang dibahas dalam acara tersebut.
     
Menurut dia "taksu" atau kharisma merupakan suatu hal yang hanya bisa dirasakan, meresap sampai ke hati, tetapi tidak bisa diungkapkan dengan untaian kata-kata. Bagi pelaku seni, taksu merupakan hal terpenting yang hanya bisa didapat dengan memperkuat keyakiman rohani, di samping juga terus melatih kemampuan yang dimiliki.
     
"Berkesenian merupakan bentuk rasa syukur atas talenta yang dianugerahkan TYME, jadi seniman jangan hanya mengedepankan kostum dan hiasan, harus didalami dan dihayati. Olahraga dengan terus mengolah kemampuan kita, olah bathin agar taksu kita keluar. Satukan alam mikro dan alam makro, serap energi makro dengan ketulusan hati, menyatu dalam alam mikro diri kita sendiri agar menjadi energi positif," ujarnya.
     
Narasumber lainnya dalam acara tersebut diantaranya Budayawan Nirwan Dewanto, seniman yang juga menjadi Manajer Seni Candra Ayu Proborini, Kurator Wayan 'Kun' Adnyana, serta dimoderatori oleh Warih Wisatsana.
     
Nirwan Dewanto pada kesempatan itu menyampaikan kesenian harus menjadi khasanah pengetahuan dan keterampilan bukan lagi khasanah asal usul (tradisi), sehingga para pelaku seni harus belajar dari sastra dan sejarah seni yang ada di daerahnya agar bisa menciptakan seni yang mumpuni.
    
Sementara itu, Candra Ayu Proborini menceritakan pengalamannya dalam penyelenggaraan Jember Festival Carnaval (JFC) yang saat sudah memasuki pelaksanaan yang ke 14 kali, dan sukses membawa Jember menjadi daerah yang dilirik oleh wisatawan.
    
JFC yang awalnya dirancang dan dilaksanakan sendiri oleh para anggotanya, saat ini sudah menjadi even utama dalam agenda tahunan Pemkab Jember berupa acara Bulan Berkunjung Jember (BBJ). 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018