Denpasar (Antaranews Bali) - Bank Indonesia memperkirakan sektor konstruksi di Bali tumbuh melambat pada triwulan ketiga 2018, karena telah selesainya beberapa proyek infrastruktur pemerintah-swasta menyambut pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia, Oktober 2018.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana di Denpasar, Minggu, mengatakan perlambatan pertumbuhan sektor konstruksi itu turut mempengaruhi kinerja investasi yang diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
BI Bali dalam kajian ekonomi dan keuangan regional Agustus 2018 menyebutkan kinerja komponen investasi pada triwulan pertama tahun 2018 tumbuh 7,64 persen dan triwulan kedua tumbuh sebesar 6,88 persen.
Melambatnya kinerja investasi per triwulan itu terutama didorong oleh melambatnya kinerja investasi bangunan.
Beberapa proyek infrastruktur pemerintah untuk mendukung pertemuan IMF dan Bank Dunia yang akan selesai pada awal triwulan ketiga 2018, diantaranya "underpass" Ngurah Rai, patung GWK, dan perluasan apron Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Selain karena beberapa proyek infrastruktur pendukung pertemuan IMF dan Bank Dunia mulai rampung, perlambatan sektor konstruksi, lanjut Causa, juga didorong kenaikan suku bunga acuan BI yang berpotensi menaikan suku bunga kredit perbankan, termasuk suku bunga KPR.
Suku bunga acuan BI pada Agustus 2018 naik 0,25 basis poin menjadi 5,5 persen setelah naik 0,5 basis poin pada bulan Juni dari 4,75 persen.
Untuk mendorong pertumbuhan kinerja konstruksi, BI sebelumnya mengeluarkan kebijakan pelonggaran terkait rasio pembiayaan terhadap uang muka KPR atau "loan to value" (LTV).
Dengan begitu, BI kini tak lagi mengatur LTV namun diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing bank tentunya melalui analisis mendalam terhadap calon debitur.
Untuk mendongkrak sektor konstruksi, beberapa bank mengeluarkan promo menarik sebagai upaya meningkatkan sektor properti.
Bank Mandiri, misalnya, mengeluarkan kebijakan bunga KPR menarik yaitu sebesar 5,88 persen selama tiga tahun pertama dan 6,50 persen lima tahun selanjutnya.
Meski kinerja investasi diprediksi melambat, namun bank sentral itu optimistis kinerja ekonomi Bali pada triwulan III 2018 akan melanjutkan akselerasi dalam kisaran 6,10 persen hingga 6,50 persen secara tahunan.
Pada sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Bali diperkirakan akan didorong oleh akselerasi kinerja dua komponen utama permintaan yaitu konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri.
Sementara itu, kinerja investasi diperkirakan tetap tumbuh tinggi,kata pria yang akrab disapa CIK itu, meski kinerja investasi sedikit melambat.
CIK menambahkan lapangan usaha yang menjadi pendorong utama ekonomi Bali diperkirakan bersumber dari sektor akomodasi, makan dan minum, perdagangan besar dan eceran serta transportasi dan pergudangan seiring dengan masuknya periode musim ramai kunjungan wisatawan.
Selain itu masuknya tahun ajaran baru dan stimulus fiskal berupa pembayaran gaji ke 13 serta perkiraan meningkatnya aktivitas konferensi dan pameran atau MICE menjelang pertemuan IMF dan Bank Dunia juga turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi Pulau Dewata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana di Denpasar, Minggu, mengatakan perlambatan pertumbuhan sektor konstruksi itu turut mempengaruhi kinerja investasi yang diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
BI Bali dalam kajian ekonomi dan keuangan regional Agustus 2018 menyebutkan kinerja komponen investasi pada triwulan pertama tahun 2018 tumbuh 7,64 persen dan triwulan kedua tumbuh sebesar 6,88 persen.
Melambatnya kinerja investasi per triwulan itu terutama didorong oleh melambatnya kinerja investasi bangunan.
Beberapa proyek infrastruktur pemerintah untuk mendukung pertemuan IMF dan Bank Dunia yang akan selesai pada awal triwulan ketiga 2018, diantaranya "underpass" Ngurah Rai, patung GWK, dan perluasan apron Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Selain karena beberapa proyek infrastruktur pendukung pertemuan IMF dan Bank Dunia mulai rampung, perlambatan sektor konstruksi, lanjut Causa, juga didorong kenaikan suku bunga acuan BI yang berpotensi menaikan suku bunga kredit perbankan, termasuk suku bunga KPR.
Suku bunga acuan BI pada Agustus 2018 naik 0,25 basis poin menjadi 5,5 persen setelah naik 0,5 basis poin pada bulan Juni dari 4,75 persen.
Untuk mendorong pertumbuhan kinerja konstruksi, BI sebelumnya mengeluarkan kebijakan pelonggaran terkait rasio pembiayaan terhadap uang muka KPR atau "loan to value" (LTV).
Dengan begitu, BI kini tak lagi mengatur LTV namun diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing bank tentunya melalui analisis mendalam terhadap calon debitur.
Untuk mendongkrak sektor konstruksi, beberapa bank mengeluarkan promo menarik sebagai upaya meningkatkan sektor properti.
Bank Mandiri, misalnya, mengeluarkan kebijakan bunga KPR menarik yaitu sebesar 5,88 persen selama tiga tahun pertama dan 6,50 persen lima tahun selanjutnya.
Meski kinerja investasi diprediksi melambat, namun bank sentral itu optimistis kinerja ekonomi Bali pada triwulan III 2018 akan melanjutkan akselerasi dalam kisaran 6,10 persen hingga 6,50 persen secara tahunan.
Pada sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Bali diperkirakan akan didorong oleh akselerasi kinerja dua komponen utama permintaan yaitu konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri.
Sementara itu, kinerja investasi diperkirakan tetap tumbuh tinggi,kata pria yang akrab disapa CIK itu, meski kinerja investasi sedikit melambat.
CIK menambahkan lapangan usaha yang menjadi pendorong utama ekonomi Bali diperkirakan bersumber dari sektor akomodasi, makan dan minum, perdagangan besar dan eceran serta transportasi dan pergudangan seiring dengan masuknya periode musim ramai kunjungan wisatawan.
Selain itu masuknya tahun ajaran baru dan stimulus fiskal berupa pembayaran gaji ke 13 serta perkiraan meningkatnya aktivitas konferensi dan pameran atau MICE menjelang pertemuan IMF dan Bank Dunia juga turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi Pulau Dewata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018