Denpasar (Antaranews Bali) - Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) Bali mengusulkan konstruksi arsitektur daerah setempat jika memungkinkan bisa diterapkan pada bangunan-bangunan di Lombok, NTB, karena lebih elastis dan tahan gempa.

"Di Bali ada arsitektur tahan gempa berbahan kayu, bahkan selama ini sampai diekspor. Jadi, bangunan tidak harus memakai struktur beton bertulang," kata Ketua Inkindo Bali Ketut Gupta, di Denpasar, Rabu.

Menurut Gupta, khususnya konstruksi arsitektur Bali yang berbahan kayu akan lebih elastis, lebih fleksibel, tidak mudah roboh, akan tetapi bergerak mengikuti pergerakan gempa.

"Jika memungkinkan bisa diterapkan di Lombok karena juga tidak menuntut biaya besar. Biaya sesuai kemampuan masyarakat pun bisa diwujudkan," ujarnya.

Gupta menambahkan, kalau hanya menggunakan konstruksi beton bertulang saja, justru struktur tersebut tingkat kekakuannya tinggi. "Kalau tidak bagus, desainnya akan mudah roboh dengan kekuatan gempa yang lebih besar," ucapnya.

Sebelumnya, praktisi jasa konsultan nasional Peter Frans mengatakan hendaknya masyarakat yang hidup di daerah rawan gempa harus "berdamai" dengan gempa.

"Kalau hidup di daerah lempengan tektonik yang aktif, ya kita harus membuat rumah tahan gempa. Mungkin dalam waktu 50 tahun tidak terjadi gempa, sehingga kita menjadi lupa bahwa kita hidup di daerah rawan gempa," ujarnya.

Mantan Ketua Inkindo DKI Jakarta itu mengusulkan pemerintah perlu menggalakkan edukasi pada masyarakat mengenai bangunan tahan gempa, terutamanya pada seluruh wilayah Indonesia yang rawan gempa.

"Kalau di negara-negara maju menggunakan struktur tahan gempa sudah biasa," kata Frans yang berencana maju pada pemilihan Ketua Umum DPN Munas Inkindo, pada November mendatang.

Selain itu, tambah Frans, Inkindo sebagai organisasi konsultan seharusnya dapat memberikan masukan mengenai rumah tahan gempa, misalnya yang model Bali, model Lombok dan sebagainya.

"Mungkin strukturnya beda, bahannya beda, tetapi substansinya tentang rumah tahan gempa. Tetapi jangan sampai ada arsitektur lokal yang melabrak aturan tahan gempa," ucapnya. (WDY).

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018