Denpasar (Antaranews Bali) - Gelar seni teater transisi  wayang listrik bertajuk "Dasa Nama Kerta" yang dibawakan oleh Sanggar Paripurna, Gianyar, memukau penonton yang hadir dalam ajang "Bali Mandara Mahalango" di Taman Budaya Denpasar.
     
"Kisahnya sendiri sangatlah sakral, tetapi di sini saya kemas dengan menyesuaikan era global tanpa meninggalkan pakem-pakem tradisi," kata I Made Sadia, pemimpin Sanggar Paripurna Gianyar, di sela-sela pementasan tersebut, Sabtu malam.
     
Cerita yang diangkat dari Kitab Siwa Tatwa ini dikemas secara apik oleh I Made Sadia. Dia pun berusaha membuktikan bahwa tradisi dapat dibalut dengan modernisasi tanpa melupakan pakem yang sudah diwarisi.
     
Siwa Tatwa sendiri menceritakan kesalahan yang dilakukan Dewi Uma yang meminum darah Rare Kumara sehingga Dewa Siwa pun murka dan mengutuk Dewi Uma menjadi Dewi Durga.
     
Sempat memohon maaf, namun Dewa Siwa tak menggubris. Setelah Dewi Uma menjadi Dewi Durga, Dewa Siwa merasakan adanya kerinduan dalam hatinya. Dewa Siwa pun memutuskan untuk mengubah wujudnya menjadi Kala Rudra.
     
Melihat peristiwa itu, Sang Hyang Catur Dewata sangat sedih lalu berubahlah menjadi kelompok seniman.Dewa Wisnu menjadi Tari Telek, Dewa Brahma menjadi Tari Bang, Dewa Iswara menjadi Barong Swari, dan Dewa Bayu menjadi Dalang.
     
Berubahnya para dewa ini merupakan cikal bakal "sesolahan atau balih balihan" atau tari-tarian yang digunakan sebagai penyomia (pelebur) segala mala (kotor/ketidak sucian).
     
Kisah yang terdengar sangat sakral ini dikemas oleh Sadia menjadi garapan yang apik dan menghibur.
     
Wayang listrik yang menjadi media transisi antara wayang menuju para penari membuat penonton yang hadir terpukau. Segala bentuk kesenian ditampilkan, dari orang melukis, membuat tapel (topeng), hingga menjadi wayang dan penari sesungguhnya adalah sajian transisi yang tak terduga.
    
Membutuhkan waktu yang cukup lama bagi Sadia untuk bereksperimen. Semua perjuangannya bermula sejak tahun 1990 sehingga pada tanggal 1 April 1990 pun Sadia resmi membuka sanggarnya.
    
"Berkat wayang listrik ini saya bisa tampil di luar negeri dan di sini saya ingin selalu mengeksplorasi kisah lainnya sebagai media berkarya," ujar Sadia. (WDY)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018