Kuta (Antaranews Bali) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bali meminta agar pelaku usaha ritel lokal mendapatkan pengecualian dari moratorium pendirian toko modern karena mereka turut berkontribusi mendorong ekonomi masyarakat dan daerah setempat.

"Kami berharap biarkan peritel lokal tumbuh. Yang dibatasi itu pengusaha berjaringan nasional, jangan sampai mereka ikut terjun di bisnis itu di daerah tetapi harusnya terjun di perkotaan dan buat yang besar," kata Ketua Kadin Bali Anak Agung Ngurah Alit Wiraputra di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.

Dalam seminar "Bali dan Minimarket Berjaringan Nasional" yang diadakan Kantor Berita Antara Bali bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan Kadin Bali itu, ia menjelaskan saat ini peritel lokal sudah mulai berbenah untuk memberikan pelayanan dan kualitas dengan meningkatkan kapasitas dan desain modern.

Namun upaya itu, kata dia, mengalami hambatan setelah adanya moratorium toko modern yang disamaratakan dengan pelaku usaha lokal, padahal mestinya dibedakan antara toko modern lokal dan toko modern nasional.

Belum lagi pelaku usaha lokal, kata dia, kini semakin terjepit dengan banyaknya toko-toko modern berjaringan nasional yang sudah menjamur di daerah perdesaan di Bali.

"Moratorium yang dilaksanakan di Denpasar mematikan teman-teman lokal. Kalau itu punya teman lokal, biarkan dia hidup," katanya dalam seminar yang dibuka Kepala Biro Kantor Berita Antara Bali, Edy M Yakub itu.

Kenyataan itu diakui oleh peritel lokal Nengah Natyanta selaku pendiri jaringan usaha Coco Group yang hadir sebagai salah satu pembicara dalam seminar ekonomi itu.

"Cuma ada moratorium itu. Katanya mendukung (peritel lokal), dimana letak dukungannya?. Harusnya bila perlu  diberikan subsidi," ucap pelaku usaha ritel yang sedang mempersiapkan diri melantai di bursa saham itu.

Secara internal usaha, pihaknya mengaku tidak berpangku tangan ketika menghadapi moratorium tersebut, namun akan melebarkan sayap di daerah lain yang masih membuka investasi, termasuk melakukan inovasi memanfaatkan teknologi informasi dalam menjalankan bisnis "online".

Meski demikian, kata dia, semakin banyak pengusaha lokal yang tumbuh dan berkembang maka menjadi kebanggaan Bali dan akan semakin diperhitungkan dalam industri ritel Tanah Air.

Sementara itu, Sekretaris Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali I Made Abdi Negara dalam kesempatan yang sama mengharapkan komitmen instansi terkait dalam mendukung peritel lokal karena moratorium itu ternyata memberi imbas kepada pelaku ritel lokal.

"Mestinya pemerintah bisa hadir dan mengawal kolaborasi antara peritel lokal, nasional dan pemerintah sendiri karena untuk maju harus mengikuti tren saat ini yaitu era kolaborasi," ucapnya.

Pengusaha muda yang bergerak dalam bidang kuliner itu juga mengharapkan agar peritel lokal tidak hanya mendapatkan stimulus tetapi juga kemudahan salah satunya dalam hal perizinan.

Selain itu, ia mengingatkan peritel lokal untuk terus memperbaharui diri di tengah perubahan cepat yang tidak bisa dibendung. "Kompetisi tidak bisa dihindari, siapa yang mengikuti dan mau belajar akan menjadi pemenang. Jika tidak, maka akan tertinggal," ucapnya.

Seminar yang dihadiri puluhan pelaku usaha, instansi pemerintahan, akademisi, dan awak media itu mendapat dukungan penuh dari Bank Indonesia (BI) Bali, BPJS Ketenagakerjaan Banuspa, Kadin Bali, Coco Mart, Pelindo III, Swalayan Ayu Nadi, dan Fame Hotel Sunset Road Kuta. (*)

Video oleh I Komang Suparta

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018