Ubud (Antaranews Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan Institut Seni Indonesia Denpasar agar bisa merespons perkembangan zaman, di tengah peran dan kiprahnya dalam dunia seni.

Kita tahu perkembangan zaman begitu pesat. Jika kita tidak responsif dan proaktif maka kita akan terkaget-kaget, terdadak dan di sana kita akan hancur," kata Pastika saat menghadiri Rapat Dewan Penyantun ISI Denpasar di Ubud, Gianyar, Jumat.

ISI Denpasar, lanjut dia, sebagai pusat pengembangan, pelestarian dan inovasi seni Bali memang sangat diperlukan agar kesenian Bali bisa menjadi terdepan serta dinikmati masyarakat luas hingga mancanegara.

"Namun, kita tetap tidak boleh keluar dari akar budaya dan agama karena di sanalah roh kesenian Bali," ucap pria yang juga Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar itu.

Pada rapat yang turut dihadiri oleh para seniman dan budayawan Bali serta para tokoh Puri Ubud itu, Pastika mengemukakan tentang usaha para dewan penyantun serta anggota ISI Denpasar merumuskan visi dan misi ISI Denpasar, karena periode pertama akan berakhir pada tahun 2019.

"Ini kita membicarakan mau kemana kita, apa yang akan mau kita capai di dunia kesenian di tengah-tengah persaingan dan perkembangan global," ujarnya.

Menurut dia, program yang dirancang harus jelas, visi dan misi harus realistis, namun harus tetap berpedoman dengan dasar hukum yang memayunginya agar tidak terjadi masalah di kemudian hari.

Sementara itu, Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha mengatakan rapat Dewan Penyantun ini juga serangkaian dengan rapat persiapan Dies Natalies ISI XV yang akan diselenggarakan Sabtu (28/7).

Rapat seperti ini, menurutnya, merupakan agenda tahunan dan pihak ISI selalu minta arahan dari Dewan Penyantun untuk perkembangan ISI ke depan.

"Karena bagaimanapun juga Dewan Penyantun beranggotakan para pakar yang memang ahli di bidangnya, ada unsur pemerintah, budayawan, seniman, serta akademisi," ucap Arya Sugiartha.

Ia juga menambahkan bahwa tahun 2019 akan menjadi akhir dari tahap pertama ISI Denpasar menjadi "center of excellent" kesenian Bali berbasiskan kearifan lokal, sehingga perlu disusun langkah strategis berikutnya yang akan menandai periode berikutnya.

"Visi misi sebelumnya kami katakan sudah tercapai melihat akreditasi 11 dari 14 program studi sudah menjadi unggulan di Indonesia, serta ISI saat ini sudah menjadi sasaran studi banding tidak hanya dari dalam negeri bahkan dari luar negeri," ujarnya.

Setelah berhasil dengan visi misi sebelumnya, Prof Arya Sugiartha akan menyusun visi misi periode 2020-2040, yang tentu saja tetap menjadikan ISI sebagai pusat kesenian dan kebudayaan namun tetap memperhatikan perkembangan zaman.

"Era digital sangat pesat, sehingga menyusun visi dan misi tentu saja tidak mudah, untuk itu kami perlu masukan dari Dewan Penyantun ini," katanya. (WDY)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018