Semarapura (Antaranews Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika berpandangan pelaksanaan Ngaben secara bersama (massal) akan meringankan umat Hindu dan sebagai cara untuk menyiasati biaya upacara yang relatif besar.

"Saya ingat tahun 1963, Ngaben bersama dilakukan untuk korban bencana Gunung Agung," kata Pastika saat menghadiri ritual Pitra Yadnya Kinembulan (Massal) di Wantilan Desa Pakraman (desa adat) Lepang, Desa Takmung, Semarapura, Jumat.

Dia menambahkan, dulu banyak umat Hindu di Bali yang tidak bisa melaksanakan upacara Ngaben kecuali memiliki banyak uang atau warisan tanah.

Menurutnya, pelaksanaan upacara dengan cara menjual warisan, berutang bahkan sampai membuat anak tidak bisa sekolah justru membuat upacara itu percuma karena menimbulkan penderitaan.

"Suatu upacara bukan ditentukan oleh besar kecilnya banten (sesajen) namun yang lebih penting niat dan keikhlasan pelaksanaan upacara tersebut," ucapnya.

Oleh karena itu, Pastika berharap para pemuka agama dapat menjelaskan makna upacara khususnya kepada generasi muda agar sradha (kepercayaan). Orang nomor satu di Bali itupun lebih menyukai sebutan Ngaben bersama untuk menggantikan istilah Ngaben massal.

Sementara itu,  Bendesa Adat Lepang I Made Merta selaku ketua panitia mengatakan upacara Pitra Yadnya Kinembulan di Desa Pakraman Lepang kali ini, bagi peserta yang keluarganya meninggal itu dikenakan biaya Rp5 juta. Sisanya berasal dari sumbangan sukarela. 
     
Tampak hadir pula dalam acara tersebut anggota DPRD Bali dari Fraksi PDIP Ketut Kariyasa Adnyana. (ed)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018