Karangasem (Antaranews Bali) - Perasaan gundah nampak terlihat dari raut wajah warga Dusun Kesimpar, Desa Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali. Ya, mereka-lah yang kediamannya berada dalam radius 4 kilometer dari puncak Gunung Agung.
Imbauan Menteri ESDM, Ignasius Jonan, agar kembali, agaknya belum bisa direalisasikan oleh ratusan warga Dusun Kesimpar, karena mereka lebih memilih tetap bertahan di pengungsian UPTD Pertanian, Kecamatan Rendang, dengan membangun hunian sementara di halaman setempat.
"Kalau pun pemerintah mengimbau kepada warga yang di luar radius empat kilometer agar kembali ke rumah masing-masing, kami sekeluarga yang berada pada radius empat kilometer lebih memilih tetap mengungsi karena saya khawatir tidak bisa menyelamatkan diri jika erupsi susulan," ujar Wayan Mukun, seorang warga Dusun Kesimpar, Desa Besakih, Karangasem, Bali (4/7).
Keinginan warga tetap bertahan di pengungsian bukanlah tanpa alasan, karena melihat kondisi jalan pemukiman di dusunnya yang mengalami rusak parah dan merupakan jalur satu-satunya kendaraan bermotor untuk bisa menuju lokasi evakuasi yang lebih aman, sehingga jika terjadi sesuatu akan sulit menyelamatkan diri.
Total pengungsi asal Dusun Kesimpar berjumlah 205 orang yang memilih tetap bertahan, bahkan mereka membuat hunian sementara (huntara) dari bambu yang dilakukan secara swadaya dan dengan dana pribadi pula.
"Kami belum berencana pulang sebelum kondisi gunung betul-betul normal dan aman untuk warga bisa kembali ke rumah. Kami mengetahui imbauan dari bapak menteri ini, tapi kami tetap menunggu kondisi gunung normal," ujarnya.
Alasan serupa juga diakui Nengah Merta, warga lain Dusun Kesimpar yang juga memilih tetap bertahan di pengungsian bersama seluruh anggota keluarganya, mengingat kediamanya merupakan jalur rawan bencana yang juga menjadi lokasi jalur material dari sang Gunung Dewa itu.
Jalan dari dusunnya menuju Tuak Tabia untuk bisa ke Desa Rendang (posko utama) merupakan satu-satunya jalan utama yang dilalui warga Dusun Kesimpar agar bisa menyelamarkan diri dari bahaya erupsi Gunung Agung jika terjadi kembali.
Rumah Merta yang berada di bawah kaki Gunung Agung menjadi alasan baginya untuk memilih tetap bertahan di pengungsian, namun pihaknya telah memiliki rencana alternatif apabila para pengungsi tidak diperbolehkan tinggal di posko UPTD Pertanian, maka dirinya mencari lokasi lain untuk mengungsi agar keluarganya tetap aman.
"Kami memilih tetap bertahan di pengungsian, karena pada malam hari, di dusun kami terdengar suara gemuruh Gunung Agung sangat keras. Kalau misalnya kami para pengungsi disini tidak diberi bantuan logistik, kami akan beli sendiri. Yang terpenting, kami aman disini," ujarnya.
Hal itu dibenarkan Kadek Dana warga asal Dusun Kesimpar yang rumahnya berada di luar radius 4 kilometer dari Puncak Gunung Agung, namun ia juga memilih mengungsi bersama sanak keluarganya, karena khawatir dengan aktivitas Gunung Agung yang tidak menentu saat ini.
"Kami membangun hunian sementara secara swadaya dan gotong royong. Perasaan was-was dengan kondisi aktifitas Gunung Agung yang terus mengalami erupsi menjadi tekad kami tetap bertahan," ujarnya.
Alasan para pengungsi membuat hunian sementara karena hawa dingin pada malam hari sangat terasa menusuk badan mereka jika tidur di Wantilan UPTD Pertanian, Desa Rendang yang telah disediakan, sehingga mereka memilih untuk membangun hunian sementara.
Keinginan warga pengungsi itu disambut baik oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karangasem, I Wayan Supandi. "Pemerintah tidak melarang pengungsi membangun hunian sementara di tempat itu, namun diharapkan tidak merusak tanaman cabai dan gumiti yang ditanam petugas setempat," katanya.
Namun, apabila aktivitas Gunung Agung semakin tidak menentu, pihaknya juga tidak akan melarang banyaknya pengungsi datang ke tempat itu dan pihaknya tidak akan "menutup pintu" untuk pengungsi yang mau datang ke UPTD Pertanian, karena hunian sementara di kebun itu dilandasi aspek.
Banjar Siaga
Keinginan para pengungsi Gunung Agung untuk tetap bertahan di posko pengungsian mendapat perhatian serius dari Pemerintah Pusat melalui Menteri Sosial, Idrus Marham, yang datang ke Karangasem, Sabtu (7/7).
Dalam kesempatan itu, Menteri Sosial memberikan bantuan kebutuhan pokok untuk 4.894 orang pengungsi melalui Pemerintah Kabupaten Karangasem, yang nilainya mencapai Rp156,6 juta dalam bentuk logistik sebanyak 240 paket.
Ratusan paket A, B, dan C itu berisi 20.000 masker, 90 dos biskuit, 20 dos kecap, 20 dos sambel, 60 paket kidsware, 60 paket family kit, 20 paket sandang, 200 lembar selimut dan lauk-pauk masing-masing berupa 240 paket A, B dan C diharapkan dapat meringankan beban para pengungsi.
"Meskipun bantuan ini tidak cukup besar. Namun, yang paling pokok adalah kebutuhan makanan, selimut dan obat-obatan harus tetap siapa," kata Idrus Marham saat ditemui di Pos Pemantauan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem.
Menteri Sosial tidak henti-hentinya meminta kepada Pemkab Karangasem agar membuat rincian barang-barang apa saja yang dibutuhkan para pengungsi secara cepat untuk diusulkan kepada pemerintah pusat yang ditujukan kepada Kementerian Sosial, guna menjangkau segala kebutuhan pengungsi agar tidak kekurangan.
Dalam lawatannya, Mensos juga menekankan pemerintan daerah terus memantau segala kebutuhan pokok para pengungsi Gunung Agung, agar betul-betul terpenuhi tanpa kekurangan sedikit pun, karena hal ini juga menjadi perintah Presiden Joko Widodo.
Pemerintah pusat siap membantu apa saja yang dibutuhkan para pengungsi, namun tetap harus diajukan oleh pemerintah daerah, seperti beras, lauk pauk, makanan siap saji dan pakaian yang diperlukan maupun obat-obatan yang diperlukan pengungsi.
Pihaknya sangat mengapresiasi atas dukungan banjar siaga yang juga berpartisipasi dalam membantu pengungsi, karena berbekal pengalaman letusan Gunung Agung Tahun 1963 dan Tahun 2017, sehingga banyak pengalaman mereka dalam upaya penanggulangan bencana.
"Saya mendorong masing-masing banjar bisa sebagai garda terdepan dalam siaga bencana dan siap memberikan layanan kepada masyarakat yang ada," ujarnya.
Untuk ketersediaan beras kepada para pengungsi, Mensos Idrus meyakini pemerintah daerah juga sudah menyiapkan segalanya dan mencukupi untuk pengungsi hingga 3-4 bulan kedepan.
Hal itu juga diakui Sekretaris Daerah Kabupaten Karangasem Gede Adnya Mulyadi. Ia mengatakan untuk ketersedian beras bagi pengungsi masih mencukupi untuk 3-4 bulan kedepan. "Untuk ketersediaan beras di Karangasem masih aman," ujarnya singkat.
Kehadiran Mensos juga untuk memastikan situasi aktivitas Gunung Agung yang mendapat penjelasan gamblang dari petugas PVMBG bahwa petugas telah memantau setiap harinya dan indikasi-indikasi bahaya dari Gunung Agung belum signifikan dan mengkhawatirkan bagi warga.
"Kedatangan saya kesini juga ingin mendapat penjelasan dari petugas PVMBG dan penjelasan dari pemerintah daerah terkait apa saja kebutuhan para pengungsi, apakah sudah dilayani atau tidak," katanya.
Terkait adanya arahan para pengungsi agar kembali ke rumahnya masing-masing di luar radius 4 kilometer, kata Idrus, hal itu tergantung pada indikasi-indikasi dampak aktivitas Gunung Agung.
"Semua masyarakat harus tetap berhati-hati dan menjauhi radius bahaya Gunung Agung yang telah disampaikan petugas PVMBG, karena erupsi sulit diprediksi, namun upaya antisipasi untuk keselamatan masyarakat tetap utama," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
Imbauan Menteri ESDM, Ignasius Jonan, agar kembali, agaknya belum bisa direalisasikan oleh ratusan warga Dusun Kesimpar, karena mereka lebih memilih tetap bertahan di pengungsian UPTD Pertanian, Kecamatan Rendang, dengan membangun hunian sementara di halaman setempat.
"Kalau pun pemerintah mengimbau kepada warga yang di luar radius empat kilometer agar kembali ke rumah masing-masing, kami sekeluarga yang berada pada radius empat kilometer lebih memilih tetap mengungsi karena saya khawatir tidak bisa menyelamatkan diri jika erupsi susulan," ujar Wayan Mukun, seorang warga Dusun Kesimpar, Desa Besakih, Karangasem, Bali (4/7).
Keinginan warga tetap bertahan di pengungsian bukanlah tanpa alasan, karena melihat kondisi jalan pemukiman di dusunnya yang mengalami rusak parah dan merupakan jalur satu-satunya kendaraan bermotor untuk bisa menuju lokasi evakuasi yang lebih aman, sehingga jika terjadi sesuatu akan sulit menyelamatkan diri.
Total pengungsi asal Dusun Kesimpar berjumlah 205 orang yang memilih tetap bertahan, bahkan mereka membuat hunian sementara (huntara) dari bambu yang dilakukan secara swadaya dan dengan dana pribadi pula.
"Kami belum berencana pulang sebelum kondisi gunung betul-betul normal dan aman untuk warga bisa kembali ke rumah. Kami mengetahui imbauan dari bapak menteri ini, tapi kami tetap menunggu kondisi gunung normal," ujarnya.
Alasan serupa juga diakui Nengah Merta, warga lain Dusun Kesimpar yang juga memilih tetap bertahan di pengungsian bersama seluruh anggota keluarganya, mengingat kediamanya merupakan jalur rawan bencana yang juga menjadi lokasi jalur material dari sang Gunung Dewa itu.
Jalan dari dusunnya menuju Tuak Tabia untuk bisa ke Desa Rendang (posko utama) merupakan satu-satunya jalan utama yang dilalui warga Dusun Kesimpar agar bisa menyelamarkan diri dari bahaya erupsi Gunung Agung jika terjadi kembali.
Rumah Merta yang berada di bawah kaki Gunung Agung menjadi alasan baginya untuk memilih tetap bertahan di pengungsian, namun pihaknya telah memiliki rencana alternatif apabila para pengungsi tidak diperbolehkan tinggal di posko UPTD Pertanian, maka dirinya mencari lokasi lain untuk mengungsi agar keluarganya tetap aman.
"Kami memilih tetap bertahan di pengungsian, karena pada malam hari, di dusun kami terdengar suara gemuruh Gunung Agung sangat keras. Kalau misalnya kami para pengungsi disini tidak diberi bantuan logistik, kami akan beli sendiri. Yang terpenting, kami aman disini," ujarnya.
Hal itu dibenarkan Kadek Dana warga asal Dusun Kesimpar yang rumahnya berada di luar radius 4 kilometer dari Puncak Gunung Agung, namun ia juga memilih mengungsi bersama sanak keluarganya, karena khawatir dengan aktivitas Gunung Agung yang tidak menentu saat ini.
"Kami membangun hunian sementara secara swadaya dan gotong royong. Perasaan was-was dengan kondisi aktifitas Gunung Agung yang terus mengalami erupsi menjadi tekad kami tetap bertahan," ujarnya.
Alasan para pengungsi membuat hunian sementara karena hawa dingin pada malam hari sangat terasa menusuk badan mereka jika tidur di Wantilan UPTD Pertanian, Desa Rendang yang telah disediakan, sehingga mereka memilih untuk membangun hunian sementara.
Keinginan warga pengungsi itu disambut baik oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karangasem, I Wayan Supandi. "Pemerintah tidak melarang pengungsi membangun hunian sementara di tempat itu, namun diharapkan tidak merusak tanaman cabai dan gumiti yang ditanam petugas setempat," katanya.
Namun, apabila aktivitas Gunung Agung semakin tidak menentu, pihaknya juga tidak akan melarang banyaknya pengungsi datang ke tempat itu dan pihaknya tidak akan "menutup pintu" untuk pengungsi yang mau datang ke UPTD Pertanian, karena hunian sementara di kebun itu dilandasi aspek.
Banjar Siaga
Keinginan para pengungsi Gunung Agung untuk tetap bertahan di posko pengungsian mendapat perhatian serius dari Pemerintah Pusat melalui Menteri Sosial, Idrus Marham, yang datang ke Karangasem, Sabtu (7/7).
Dalam kesempatan itu, Menteri Sosial memberikan bantuan kebutuhan pokok untuk 4.894 orang pengungsi melalui Pemerintah Kabupaten Karangasem, yang nilainya mencapai Rp156,6 juta dalam bentuk logistik sebanyak 240 paket.
Ratusan paket A, B, dan C itu berisi 20.000 masker, 90 dos biskuit, 20 dos kecap, 20 dos sambel, 60 paket kidsware, 60 paket family kit, 20 paket sandang, 200 lembar selimut dan lauk-pauk masing-masing berupa 240 paket A, B dan C diharapkan dapat meringankan beban para pengungsi.
"Meskipun bantuan ini tidak cukup besar. Namun, yang paling pokok adalah kebutuhan makanan, selimut dan obat-obatan harus tetap siapa," kata Idrus Marham saat ditemui di Pos Pemantauan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem.
Menteri Sosial tidak henti-hentinya meminta kepada Pemkab Karangasem agar membuat rincian barang-barang apa saja yang dibutuhkan para pengungsi secara cepat untuk diusulkan kepada pemerintah pusat yang ditujukan kepada Kementerian Sosial, guna menjangkau segala kebutuhan pengungsi agar tidak kekurangan.
Dalam lawatannya, Mensos juga menekankan pemerintan daerah terus memantau segala kebutuhan pokok para pengungsi Gunung Agung, agar betul-betul terpenuhi tanpa kekurangan sedikit pun, karena hal ini juga menjadi perintah Presiden Joko Widodo.
Pemerintah pusat siap membantu apa saja yang dibutuhkan para pengungsi, namun tetap harus diajukan oleh pemerintah daerah, seperti beras, lauk pauk, makanan siap saji dan pakaian yang diperlukan maupun obat-obatan yang diperlukan pengungsi.
Pihaknya sangat mengapresiasi atas dukungan banjar siaga yang juga berpartisipasi dalam membantu pengungsi, karena berbekal pengalaman letusan Gunung Agung Tahun 1963 dan Tahun 2017, sehingga banyak pengalaman mereka dalam upaya penanggulangan bencana.
"Saya mendorong masing-masing banjar bisa sebagai garda terdepan dalam siaga bencana dan siap memberikan layanan kepada masyarakat yang ada," ujarnya.
Untuk ketersediaan beras kepada para pengungsi, Mensos Idrus meyakini pemerintah daerah juga sudah menyiapkan segalanya dan mencukupi untuk pengungsi hingga 3-4 bulan kedepan.
Hal itu juga diakui Sekretaris Daerah Kabupaten Karangasem Gede Adnya Mulyadi. Ia mengatakan untuk ketersedian beras bagi pengungsi masih mencukupi untuk 3-4 bulan kedepan. "Untuk ketersediaan beras di Karangasem masih aman," ujarnya singkat.
Kehadiran Mensos juga untuk memastikan situasi aktivitas Gunung Agung yang mendapat penjelasan gamblang dari petugas PVMBG bahwa petugas telah memantau setiap harinya dan indikasi-indikasi bahaya dari Gunung Agung belum signifikan dan mengkhawatirkan bagi warga.
"Kedatangan saya kesini juga ingin mendapat penjelasan dari petugas PVMBG dan penjelasan dari pemerintah daerah terkait apa saja kebutuhan para pengungsi, apakah sudah dilayani atau tidak," katanya.
Terkait adanya arahan para pengungsi agar kembali ke rumahnya masing-masing di luar radius 4 kilometer, kata Idrus, hal itu tergantung pada indikasi-indikasi dampak aktivitas Gunung Agung.
"Semua masyarakat harus tetap berhati-hati dan menjauhi radius bahaya Gunung Agung yang telah disampaikan petugas PVMBG, karena erupsi sulit diprediksi, namun upaya antisipasi untuk keselamatan masyarakat tetap utama," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018