Denpasar (Antaranews Bali) - Perusahaan swalayan saat ini berkembang sangat pesat, namun untuk mencari karyawan mengalami kesulitan untuk dipekerjakan, khususnya di Bali.
"Usaha minimarket (swalayan) sudah tersebar hingga di kota kecamatan, namun kami masih sulit mencari karyawan, terutama di Pulau Dewata ini," kata Branch Manager Alfamart Kristanto Inwahyudi di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan perusahaan sudah berbagai upaya untuk mendapatkan karyawan yang mau ditempatkan dimana saja, padahal sejumlah upaya dilakukan untuk mempertahankan karyawan di antaranya dengan memberi gaji sesuai dengan upah minimun regional (UMR) dan tambahan penghargaan.
"Kami bahkan siapkan mes (tempat tinggal) agar karyawan jadi betah. Namun kendala kesiapan sumber daya manusia tersebut terus dialami," ucap Kristanto, didampingi rekannya, Mohamad Sofii.
Ia mengatakan sulitnya mendapatkan karyawan, umumnya karena mereka ingin dekat dengan rumah asalnya, sehingga ketika dipindah memilih berhenti. Bahkan ada yang menolak meski posisinya dinaikkan.
"Ya terpaksa kami rekrutmen dari luar Bali. Itupun masih menghadapi kendala sebab mereka memilih tempat yang UMR-nya lebih tinggi," ujar dia.
Kristanto mencontohkan banyak calon karyawan memilih kerja di Kota Surabaya karena melihat UMR yang lebih tinggi dibandingkan tempat yang lain. Sulitnya mendapatkan karyawan itu menjadi salah satu penyebab sebagian Alfamart tidak buka 24 jam, selain pertimbangan efisiensi seperti beban listrik yang cukup tinggi.
"Pertumbuhan usaha ritel agak melamban. Hal ini karena dampak erupsi Gunung Agung sehingga mempengaruhi ekonomi masyarakat, sebab pangsa pasarnya masih menengah ke bawah. Kecuali Alfamidi yang pangsa pasarnya juga menengah ke atas karena ada buah dan sayur," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Usaha minimarket (swalayan) sudah tersebar hingga di kota kecamatan, namun kami masih sulit mencari karyawan, terutama di Pulau Dewata ini," kata Branch Manager Alfamart Kristanto Inwahyudi di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan perusahaan sudah berbagai upaya untuk mendapatkan karyawan yang mau ditempatkan dimana saja, padahal sejumlah upaya dilakukan untuk mempertahankan karyawan di antaranya dengan memberi gaji sesuai dengan upah minimun regional (UMR) dan tambahan penghargaan.
"Kami bahkan siapkan mes (tempat tinggal) agar karyawan jadi betah. Namun kendala kesiapan sumber daya manusia tersebut terus dialami," ucap Kristanto, didampingi rekannya, Mohamad Sofii.
Ia mengatakan sulitnya mendapatkan karyawan, umumnya karena mereka ingin dekat dengan rumah asalnya, sehingga ketika dipindah memilih berhenti. Bahkan ada yang menolak meski posisinya dinaikkan.
"Ya terpaksa kami rekrutmen dari luar Bali. Itupun masih menghadapi kendala sebab mereka memilih tempat yang UMR-nya lebih tinggi," ujar dia.
Kristanto mencontohkan banyak calon karyawan memilih kerja di Kota Surabaya karena melihat UMR yang lebih tinggi dibandingkan tempat yang lain. Sulitnya mendapatkan karyawan itu menjadi salah satu penyebab sebagian Alfamart tidak buka 24 jam, selain pertimbangan efisiensi seperti beban listrik yang cukup tinggi.
"Pertumbuhan usaha ritel agak melamban. Hal ini karena dampak erupsi Gunung Agung sehingga mempengaruhi ekonomi masyarakat, sebab pangsa pasarnya masih menengah ke bawah. Kecuali Alfamidi yang pangsa pasarnya juga menengah ke atas karena ada buah dan sayur," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018