Denpasar (Antaranews Bali) - Sekaa (kelompok) Gong Anak-Anak Gurnita Raray Swara, Kota Denpasar, mempersembahkan fragmentari "Nyanggem Sadhu" pada Pesta Kesenian Bali Ke-40 Tahun 2018 di panggung terbuka Ardha Candra, Taman Budaya.

Koordinator Sekaa Gong Anak-Anak Gurnita Raray Swara Denpasar, I Wayan Murda di Denpasar, Jumat, mengatakan kesenian fragmentari berjudul "Nyanggem Sadhu" dengan penata tari I Made Sukarda mengisahkan tentang sepasang kura-kura mengkhawatirkan keadaan musim panas berkepanjangan.

Mereka kemudian meminta bantuan kepada sahabatnya, yakni angsa, untuk dapat meninggalkan taman mencari tempat yang nyaman.

Dalam cerita tersebut, si angsa bersiap membantu kura-kura, namun dengan syarat harus menggigit sebatang kayu dan jangan mendengarkan ejekan binatang lainnya di bawah.

Namun, kesepakatan itu dilanggar oleh kura-kura. Oleh karena diejek oleh kelompok anjing yang mengatakan bahwa ada angsa yang menerbangkan kotoran sapi, membuat sepasang kura-kura marah dan melepaskan gigitan sebatang kayu lalu terjatuh dan dimangsa anjing.

"Ini mencoba memberikan inspirasi, bagaimana sebuah emosi sesaat yang justru akan mencelakakan diri sendiri. Begitu juga dalam kehidupan nyata semestinya mengabaikan jika dalam berbuat ada yang mengkritik, bahkan mencacinya agar tetap tenang dan bijaksana mengambilkeputusan," ujarnya.

Wayan Murda menjelaskan penampilan materi sekaa gong anak-anak sebagai duta Kota Denpasar diawali dengan Tabuh Pepanggulan "Kumara Jaya" dengan komposer I Made Yudastra.

Tabuh itu terinspirasi dari dari dunia anak, sebagai masa yang menyenangkan dan penuh dengan rasa.

Hal itu, katanya, patut digali untuk menjadikan individu-individu bertalenta serta mempunyai karakter, dengan menumbuhkan "taksu" (kharisma) atau api spirit penciptaan yang kreatif. (WDY)

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018