"Kalau dilihat erupsi strombolian pada 2 Juli lalu, lontaran lava pijar masih kisaran dua kilometer," kata Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Rabu.
Erupsi strombolian, ucap dia, merupakan erupsi dengan mengeluarkan lava pijar dan abu vulkanik. Meski aktivitas gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu masih tergolong tinggi, namun ancaman bahaya masih belum melampaui 4 kilometer, sehingga pihaknya belum mempertimbangkan adanya peningkatan status gunung.
Namun, Devy mengimbau kepada masyarakat yang berada di luar zona perkiraan bahaya untuk tetap tenang dan tidak panik serta tetap mengikuti sumber informasi yang jelas.
Ia menjelaskan kondisi Gunung Agung saat ini masih belum stabil dan masih rawan diikuti erupsi lanjutan. Jika dilihat dari tren seismik, Devy menambahkan juga belum ada perubahan yang signifikan meski masih diwarnai gempa vulkanik.
Gunung Agung, lanjut dia, malah mengalami deflasi karena sudah melepas beberapa kali energi yang menyebabkan tubuh gunung cenderung "mengempis"."Tetapi meski begitu bukan berarti sudah selesai, dia (Gunung Agung) masih masih dalam kondisi berkembang," katanya.
Artinya, lanjut dia, kalau ada pasokan magma baru ke permukaan, maka Gunung Agung bisa mengalami deflasi dan kemudian bisa kembali terjadi erupsi. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018