Dikenal bandel semasa kuliah di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (STIKOM) Bali, tak disangka I Putu Aditya Santana kini justru menjelma menjadi sosok pemuda yang menjadi induk pernaungan ribuan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Tanah Air melalui wadah situs jual beli Bukaloka.

Bukaloka, sebuah situs gratis yang dipersembahkan bagi pelaku UMKM di seluruh wilayah nusantara, agar mereka dapat tumbuh, berkembang dan memiliki bisnis yang berkesinambungan melalui cara berdagang ala "e-commerce" (perdagangan elektronik).

Pemuda kelahiran Bogor, Jawa Barat, 27 tahun silam ini, kini sedang getol-getolnya membentuk wadah edukasi bagi pelaku UMKM agar melek teknologi dan dapat bertransaksi daring untuk mengembangkan usaha.

Dengan penuh kesabaran serta "step by step" (selangkah demi selangkah), Aditya Santana sering kali mengajari pelaku UMKM mulai dari nol, yakni mengedukasi pelaku UMKM untuk mengenali keyboard laptop dan sampai betul-betul siap bertransaksi secara daring.

Kisah berkecimpungnya Aditya di bidang situs jual beli, melalui proses perjalanan panjang dan sama sekali tidak ada kaitan dengan dorongan keluarga.

"Ayah saya justru karyawan Telkom dan ibu saya mengabdikan diri di keluarga dan pecinta tanaman. Sebenarnya, saya sejak kecil diharapkan menjadi dokter oleh ayah. Namun saya tidak tertarik, dan merasakan bukan 'passion' saya menjadi dokter. Tapi tidak terbayang juga mau jadi apa nantinya," ucapnya.

Setelah duduk di bangku SMA, barulah ia menentukan pilihan ingin kuliah di bidang komputer saja, makanya ia pun memilih kuliah di STIKOM Bali.

Sejak kuliah, lanjut Aditya, dirinya dikenal sebagai mahasiswa paling bandel. Ujian tengah semester (UTS) saja, seringkali ia tidak masuk.

Jika jam kuliah berlangsung, ia sering izin ke toilet. Langsung ke kamar kos dan setelah pelajaran hampir selesai, baru ia kembali ke kelas.

"Inilah yang membuat saya dikenal mahasiswa bandel di kampus," katanya mengawali kisah wirausaha yang digeluti.

 
Tapi, saat itu, ada salah satu mata kuliah yang disukainya, yakni kewirausahaan, yang diajarkan dosen Made Sarjana. Mata kuliah ini saja yang membikin Aditya tertarik untuk mengikuti mata kuliah.

Saat itu, dia masih belum terpikir untuk berwirausaha. Sambil kuliah, Aditya mencari pekerjaan tambahan seperti kerja di tour & travel, serta berlanjut kerja sebagai asisten fotografer termasuk bagian membawa tripod.

Akhirnya, ia pun menjadi disainer lepas (freelance design) yang digaji Rp30 ribu per proyek. "Ini karena saya perokok, jadi saya digaji sesuai harga rokok," ujar pria ini sambil tertawa.

Dari hasil bekerja ini, Aditya dapat menabung sehingga kemudian membuat "web development" (pembuatan website), dan menawarkan jasa pembuatan desain ke hotel, perusahaan atau vila di Bali.

Namun, ia tetap gelisah dan merasakan bahwa pekerjaan ini tidak akan bisa besar dan tak mampu membantu orang banyak.

              
Membuka Dunia

Kegelisahan ini, yang membuat Aditya kemudian menggagas pembuatan situs Bukaloka. Bukaloka artinya membuka dunia agar semua orang dapat memanfaatkan peluang lewat internet. Karena ketika membuat web development, ia sudah banyak bergaul dengan para pelaku UMKM.

Para pelaku UMKM itu masih banyak yang dilanda kebingungan. Tidak ada basis pelangggan, punya toko tapi sepi order dan berbagai permasalahan lain.

Melalui pertimbangan matang, akhirnya usaha "web development" itu ditinggalkannya untuk fokus di Bukaloka, yang anggota timnya dimulai dari Aditya dan empat orang karyawan.

Peluncuran Bukaloka dihadiri Wali Kota Denpasar Rai Mantra dan 100 sponsor serta acaranya berlangsung di Art Centre, pada awal 2017.

Meski sudah memiliki banyak kenalan pelaku UMKM, tapi bukan berarti Bukaloka langsung booming di masyarakat. Pada awalnya, hanya 200 pelaku UMKM yang bergabung.

Ratusan itu bukanlah jumlah yang banyak, padahal banyak manfaat yang didapatkan dengan bergabung dengan Bukaloka. Misalnya, jika membuat web sendiri, maka ribet mengoperasikan dan perlu ada orang yang menangani. Belum lagi keluar biaya antara Rp1-1,5 juta untuk biaya pembuatan website, dan ditambah biaya untuk fitur-fitur lain.

Menurut dia, kalau gabung di Bukaloka, maka tidak ada pengeluaran biaya atau gratis. Pemilik usaha juga mencantumkan nama toko sendiri, tapi nanti tetap terintegrasi dengan dengan web utama Bukaloka. Berbagai kemudahan didapatkan para pelaku UMKM di Bukaloka.

Sejak diluncurkan, berlanjut melalui proses sosialisasi, maka belum genap berusia setahun, yang semula dimulai dari 200 UMKM, langsung meroket menjadi 8.000 UMKM dari 24 provinsi yang bergabung di Bukaloka.

Menghadapi antusiasme pelaku UMKM ini, Aditya merasa bangga dan membuatnya terus terpacu untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Sekaligus ia bersyukur, karena Bukaloka mampu membantu UMKM agar dapat mengembangkan usaha.

"Kadang saya terharu, ketika ada pelaku UMKM yang dengan apa adanya mengatakan sangat berterima kasih karena berkat Bukaloka, maka usahanya dapat bangkit. Hal-hal seperti ini yang membuat saya bersyukur dan menyadari arti dengan hadirnya Bukaloka. Ini tidak bisa dinilai dengan uang," ujar dia.

    
Pengakuan

Pengakuan keberadaan Bukaloka tidak hanya berasal dari pelaku UMKM. Saat diundang pada acara seminar nasional beberapa waktu lalu, Aditya sempat mengalami peristiwa yang membuatnya berbangga hati.

Ketika tiba di lokasi, ia kaget ketika narasumber acara seminar nasional itu hanya ada tiga, yakni dari Tokopedia, Shopee dan Bukaloka. Dua nama pertama merupakan situs penjualan elektonik papan atas di Indonesia.

"Ya Tuhan, saya bersyukur atas pencapaian Bulakola, karena ini artinya hal yang saya lakukan sudah diakui keberadaannya. Bahwa ada 'startup' dari Bali, yang mampu membantu orang lain, sekaligus diakui kiprahnya," katanya.

Selama ini, banyak orang yang mengatakan bahwa orang Bali hanya bisa berkreasi di bidang seni dan budaya, tetapi diragukan kiprahnya di bidang teknologi.

"Bukaloka ini pembuktiannya. Kami bisa kok bermain di lini teknologi," katanya.

Berdasarkan data, sekarang ini ada 1.800 pelaku pariwisata di Bali yang bergabung dalam Bukaloka. Oleh karena itu, Aditya ingin berkontribusi turut membangkitkan pariwisata yang sempat drop, akibat erupsi Gunung Agung, beberapa waktu lalu.

Ia juga berharap agar pemerintah provinsi dan kabupaten, bersama-sama turut dalam langkah mengedukasi masyarakat untuk menguasai dunia digital.

Selain itu, pemerintah terus mendorong percepatan pemenuhan tenaga kerja ahli atau perdagangan elektronik atau e-commerce dari sumber daya manusia di Indonesia.

Bahkan, Menteri Perindustrian Airlangga Hartato dalam suatu kesempatan mengatakan, saat ini Indonesia membutuhkan banyak tenaga kerja tersebut untuk masuk dalam lapangan industri.

Apalagi, pengembangan untuk ekonomi digital memiliki beberapa syarat khusus antara lain kemampuan memahami bahasa statistik dan "coding" (program komputer)  yang harus dikuasai semua ilmu.

Bagi Aditya, apa yang disampaikan Menteri Perindustrian itu sejalan dengan apa yang telah dirintisnya.

"Sekarang ini memang sudah era digital. Mau tak mau, jika tidak ingin tertinggal zaman, semua orang harus mempelajarinya. Karena saat ini sudah memasuki ekosistem digital," kata Aditya. (ed)


------------
*) Penulis adalah penulis artikel lepas yang tinggal di Bali.

Pewarta: Oleh Tri Vivi Suryani *)

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018