Nusa Dua (Antaranews Bali) - Pemerintah Indonesia menargetkan kesepakatan penurunan tarif perdagangan dengan sejumlah negara di Afrika tercapai dalam waktu dekat tahun ini sehingga akan memperlancar arus barang dan jasa kedua pihak.
"Kami baru saja meluncurkan kesepakatan untuk mengawali `preferencial trade agreement` (mengurangi tarif perdagangan)," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di sela-sela Forum Indonesia Afrika (IAF) di BNDCC Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu.
Untuk mengoptimalkan pembahasan penurunan tarif itu, pihaknya sebelumnya telah melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah negara di Afrika di antaranya Nigeria, Maroko dan Somalia.
Sedangkan untuk Mozambik, Enggartiasto mengatakan pihaknya sudah mendapatkan respon yang positif paling lambat terealisasi Mei-Juni 2018 dan akan ditindaklanjuti dengan membawa delegasi bisnis ke negara itu.
"Tidak hanya ekspor, tetapi juga investasi. Jadi buat kami ini juga mendorong investasi di sana karena cukup banyak potensi untuk dikembangkan," ucapnya.
Mendag mengapresiasi upaya Kementerian Luar Negeri dalam memfasilitasi perdagangan di Afrika yang turut dikontribusikan oleh duta besar Indonesia di negara tertentu di benua itu untuk menjadi pemimpin dalam negosiasi bilateral.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pernyataan bersama tersebut menambahkan selain negara yang disebutkan itu, Indonesia juga melakukan pertemuan bilateral untuk membahas penurunan tarif perdagangan dengan Tunisia, Angola, Kenya dan Afrika Selatan.
"Ini merupakan suatu terobosan luar biasa untuk `preferencial trade agreement` (PTA). Kalau bisa dilakukan dengan cepat, maka `telurnya` akan pecah," ucap Menlu Retno sembari tersenyum.
Menurut Menlu Retno, IAF sepakat mengintensifkan diplomasi ekonomi melalui pembahasan lebih lanjut selain untuk membahas reduksi tarif juga untuk meminimalisasi pembatasan yang berkaitan dengan nontarif.
Indonesia, lanjut Retno, akan memperdalam hubungan diplomatik dengan negara-negara di Afrika dan meningkatkan partisipasi di pameran internasional di Afrika.
"Kami juga identifikasi beberapa sektor penting seperti energi, infrastruktur, ekonomi digital dan inovasi, industri strategis dan pertanian," tutur Menlu Retno.
Nilai perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara di Afrika tahun 2017 mencapai sekitar 8 miliar dolar AS atau meningkat sekitar 15 persen dibandingkan tahun 2016.
Meski nilai perdagangan belum terlalu besar, namun pertumbuhan perdagangan tersebut signifikan dan masih banyak ruang yang bisa dilakukan untuk kerja sama ekonomi lebih lanjut. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kami baru saja meluncurkan kesepakatan untuk mengawali `preferencial trade agreement` (mengurangi tarif perdagangan)," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di sela-sela Forum Indonesia Afrika (IAF) di BNDCC Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu.
Untuk mengoptimalkan pembahasan penurunan tarif itu, pihaknya sebelumnya telah melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah negara di Afrika di antaranya Nigeria, Maroko dan Somalia.
Sedangkan untuk Mozambik, Enggartiasto mengatakan pihaknya sudah mendapatkan respon yang positif paling lambat terealisasi Mei-Juni 2018 dan akan ditindaklanjuti dengan membawa delegasi bisnis ke negara itu.
"Tidak hanya ekspor, tetapi juga investasi. Jadi buat kami ini juga mendorong investasi di sana karena cukup banyak potensi untuk dikembangkan," ucapnya.
Mendag mengapresiasi upaya Kementerian Luar Negeri dalam memfasilitasi perdagangan di Afrika yang turut dikontribusikan oleh duta besar Indonesia di negara tertentu di benua itu untuk menjadi pemimpin dalam negosiasi bilateral.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pernyataan bersama tersebut menambahkan selain negara yang disebutkan itu, Indonesia juga melakukan pertemuan bilateral untuk membahas penurunan tarif perdagangan dengan Tunisia, Angola, Kenya dan Afrika Selatan.
"Ini merupakan suatu terobosan luar biasa untuk `preferencial trade agreement` (PTA). Kalau bisa dilakukan dengan cepat, maka `telurnya` akan pecah," ucap Menlu Retno sembari tersenyum.
Menurut Menlu Retno, IAF sepakat mengintensifkan diplomasi ekonomi melalui pembahasan lebih lanjut selain untuk membahas reduksi tarif juga untuk meminimalisasi pembatasan yang berkaitan dengan nontarif.
Indonesia, lanjut Retno, akan memperdalam hubungan diplomatik dengan negara-negara di Afrika dan meningkatkan partisipasi di pameran internasional di Afrika.
"Kami juga identifikasi beberapa sektor penting seperti energi, infrastruktur, ekonomi digital dan inovasi, industri strategis dan pertanian," tutur Menlu Retno.
Nilai perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara di Afrika tahun 2017 mencapai sekitar 8 miliar dolar AS atau meningkat sekitar 15 persen dibandingkan tahun 2016.
Meski nilai perdagangan belum terlalu besar, namun pertumbuhan perdagangan tersebut signifikan dan masih banyak ruang yang bisa dilakukan untuk kerja sama ekonomi lebih lanjut. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018