Denpasar (Antaranews Bali) - Rumah Sakit Mata Bali Mandara (RSMBM) terus berupaya untuk mengenalkan layanan "Lasik" kepada masyarakat sebagai salah satu solusi untuk mengurangi atau menghilangkan ketergantungan penggunaan kacamata.
"Dengan seminar ini, kami ingin lebih memperkenalkan layanan Lasik sebagai salah satu solusi untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan minus, plus dan silinder sehingga penderitanya lepas dari ketergantungan kacamata," kata Direktur RSMBM dr Ni Made Yuniti di Denpasar, Sabtu.
Disela-sela seminar yang juga dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya itu, Yuniti menambahkan layanan Lasik (Laser-Assisted in situ Keratomileusis) ini telah dilaksanakan sejak bulan lalu.
"Meskipun baru seumur jagung, namun layanan ini mendapat apresiasi dan sambutan positif dari masyarakat. Dalam kurun waktu sebulan, sedikitnya 50 pasien telah mengikuti program Lasik di rumah sakit milik Pemprov Bali ini," ujarnya.
Lasik, lanjut dia, adalah metode terpopuler di dunia untuk memperbaiki kelainan mata minus (myopia), mata plus, dan mata silinder (astigmatism).
Prosedur Lasik dilaksanakan oleh dokter spesialis dengan menggunakan laser atau microkeratome. Metode ini akan mengoreksi refraksi mata sehingga kelainan mata seperti minus, plus dan silinder bisa diatasi.
Walaupun kemajuan teknologi di bidang medis makin canggih, Yuniti tetap mengingatkan masyarakat agar mengedepankan upaya pencegahan.
Menurutnya, tingginya angka penderita kelainan refraksi mata belakangan ini antara lain dipicu oleh penggunaan gadget yang berlebihan.
"Kelainan refraksi menempati urutan kedua sebagai pemicu kebutaan. Karena tingginya refraksi dapat memicu rusaknya retina. Untuk itu, kami menggugah kesadaran masyarakat untuk menjaga dan merawat mata dengan baik," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya mengatakan bahwa prevalensi kasus kelainan refraksi mata penduduk Indonesia mencapai 22 persen.
"Bahkan, menurut hasil penelitian sebuah lembaga survei, 15 persen anak sekolah di Indonesia sudah menggunakan kacamata," ucapnya.
Bertolak dari fakta tersebut, Suarjaya mengajak masyarakat untuk menjaga dan merawat mata dengan baik. Caranya adalah dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur serta lebih bijak dalam menggunakan gadget.
Dia juga mengungkapkan rasa bangganya karena RSMBM telah membuka layanan Lasik, sehingga masyarakat yang membutuhkan layanan ini tak perlu lagi harus ke Surabaya, Bandung atau Jakarta.
Seminar tersebut menghadirkan tiga narasumber yaitu dr Ni Kompyang Rahayu, dr Ni Luh Diah Pantjawati dan dr Cokorda Istri Dewiyani.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Dengan seminar ini, kami ingin lebih memperkenalkan layanan Lasik sebagai salah satu solusi untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan minus, plus dan silinder sehingga penderitanya lepas dari ketergantungan kacamata," kata Direktur RSMBM dr Ni Made Yuniti di Denpasar, Sabtu.
Disela-sela seminar yang juga dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya itu, Yuniti menambahkan layanan Lasik (Laser-Assisted in situ Keratomileusis) ini telah dilaksanakan sejak bulan lalu.
"Meskipun baru seumur jagung, namun layanan ini mendapat apresiasi dan sambutan positif dari masyarakat. Dalam kurun waktu sebulan, sedikitnya 50 pasien telah mengikuti program Lasik di rumah sakit milik Pemprov Bali ini," ujarnya.
Lasik, lanjut dia, adalah metode terpopuler di dunia untuk memperbaiki kelainan mata minus (myopia), mata plus, dan mata silinder (astigmatism).
Prosedur Lasik dilaksanakan oleh dokter spesialis dengan menggunakan laser atau microkeratome. Metode ini akan mengoreksi refraksi mata sehingga kelainan mata seperti minus, plus dan silinder bisa diatasi.
Walaupun kemajuan teknologi di bidang medis makin canggih, Yuniti tetap mengingatkan masyarakat agar mengedepankan upaya pencegahan.
Menurutnya, tingginya angka penderita kelainan refraksi mata belakangan ini antara lain dipicu oleh penggunaan gadget yang berlebihan.
"Kelainan refraksi menempati urutan kedua sebagai pemicu kebutaan. Karena tingginya refraksi dapat memicu rusaknya retina. Untuk itu, kami menggugah kesadaran masyarakat untuk menjaga dan merawat mata dengan baik," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya mengatakan bahwa prevalensi kasus kelainan refraksi mata penduduk Indonesia mencapai 22 persen.
"Bahkan, menurut hasil penelitian sebuah lembaga survei, 15 persen anak sekolah di Indonesia sudah menggunakan kacamata," ucapnya.
Bertolak dari fakta tersebut, Suarjaya mengajak masyarakat untuk menjaga dan merawat mata dengan baik. Caranya adalah dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur serta lebih bijak dalam menggunakan gadget.
Dia juga mengungkapkan rasa bangganya karena RSMBM telah membuka layanan Lasik, sehingga masyarakat yang membutuhkan layanan ini tak perlu lagi harus ke Surabaya, Bandung atau Jakarta.
Seminar tersebut menghadirkan tiga narasumber yaitu dr Ni Kompyang Rahayu, dr Ni Luh Diah Pantjawati dan dr Cokorda Istri Dewiyani.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018