Denpasar (Antaranews Bali) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mendorong kerja sama melalui nota kesepakatan (MoU) antardaerah terkait perdagangan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industri kreatif.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana di Denpasar, Rabu, mengatakan kesepakatan dagang itu hingga saat ini belum pernah terjalin antara pemerintah daerah di Pulau Dewata dengan daerah penghasil bahan baku tertentu di Indonesia untuk keperluan industri kreatif.

Akhirnya, lanjut dia, hal itu turut mendorong terjadinya variasi harga dan volume perdagangan bahan baku tertentu yang tidak berlanjut.

Menurut pria yang akrab disapa CIK itu, pelaku industri kreatif di Bali sudah mengarah orientasi ekspor, meski pangsanya hanya sekitar 1,32 persen dari industri kreatif nasional.

CIK mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menyebutkan ekspor ekonomi kreatif mengalami peningkatan dari sekitar 18,2 miliar dolar AS tahun 2014 menjadi 19,4 miliar dolar AS tahun 2015.

Ekspor itu didominasi oleh produk busana sekitar 56 persen disusul kriya (37), kuliner (6) dan lainnya dengan tujuan utama yakni Amerika Serikat (31,7 persen), Jepang dan Taiwan.

Hasil kerajinan juga merupakan ekspor yang mendominasi dengan kerajinan dari kayu mendominasi sekitar 41 persen.

CIK mengatakan Bali perlu mengoptimalkan industri kreatif agar ekonomi daerah tidak terlalu bergejolak apabila hanya berkonsentrasi pada sektor pariwisata yang beberapa waktu lalu terdampak erupsi Gunung Raung dan Gunung Agung.

Selain mendorong kerja sama perdagangan antardaerah penghasil bahan baku untuk industri kreatif, CIK juga mengusulkan sejumlah strategi pengembangan industri kreatif. (ed)

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018