Denpasar (Antaranews Bali) - Pelaksana Tugas Wali Kota Denpasar, Bali I Gusti Ngurah Jaya Negara berpesan umat yang merayakan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1940 dan Saraswati untuk memaknai perayaan hari suci dengan bijaksana dan menjaga lingkungan.
"Mari kita maknai momentum suci ini dengan bijaksana dan selalu menjaga kondusifitas di wilayah masing-masing. Sehingga `Catur Bratha Penyepian` dan Hari Suci Saraswati pada Sabtu (17/3) dapat dilaksanakan dengan baik," kata Jaya Negara di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan dari pemantauan masyarakat Kota Denpasar sudah sangat tertib dan sangat mampu menjaga toleransi umat beragama. "Catur Bratha Penyepian yaitu Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian) dan Amati Lelanguan (tidak menghibur diri)", menjadi acuan warga dalam merayakan Hari Suci Nyepi.
"Selama ini masyarakat sudah memaknai perayaan ini dengan bijaksana bahkan `Catur Brata Penyepian` yang dilaksanakan adalah wujud untuk memperkuat toleransi kebhinnekaan berbangsa dan bernegara," ujarnya.
Peringatan Hari Suci Nyepi yang dilaksanakan setiap tahunnya, menjadi momentum yang begitu istimewa. Diawali dengan "Melasti" sebagai bentuk penyucian diri, dilanjutkan dengan "Malam Pengerupukan" yang biasanya dimeriahkan dengan pawai "Ogoh-Ogoh" sebagai sarana "nyomia Buta Kala".
"Mari kita jadikan momentum ini sebagai ajang introspeksi diri untuk meningkatkan `Sradha Bhakti` atau persembahan kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)," ucapnya.
Terkait dengan stabilitas keamanan dan ketertiban diharapkan aparatur desa serta kelurahan termasuk "pecalang" memiliki peran yang sangat penting.
"Kami harapkan petugas keamanan adat di masing-masing desa pakraman berkoordinasi dengan `bendesa adat` setempat mengawasi pelaksanaan `Tapa Bratha Penyepian` agar berjalan lancar dan khidmat," kata Jaya Negara.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Mari kita maknai momentum suci ini dengan bijaksana dan selalu menjaga kondusifitas di wilayah masing-masing. Sehingga `Catur Bratha Penyepian` dan Hari Suci Saraswati pada Sabtu (17/3) dapat dilaksanakan dengan baik," kata Jaya Negara di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan dari pemantauan masyarakat Kota Denpasar sudah sangat tertib dan sangat mampu menjaga toleransi umat beragama. "Catur Bratha Penyepian yaitu Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian) dan Amati Lelanguan (tidak menghibur diri)", menjadi acuan warga dalam merayakan Hari Suci Nyepi.
"Selama ini masyarakat sudah memaknai perayaan ini dengan bijaksana bahkan `Catur Brata Penyepian` yang dilaksanakan adalah wujud untuk memperkuat toleransi kebhinnekaan berbangsa dan bernegara," ujarnya.
Peringatan Hari Suci Nyepi yang dilaksanakan setiap tahunnya, menjadi momentum yang begitu istimewa. Diawali dengan "Melasti" sebagai bentuk penyucian diri, dilanjutkan dengan "Malam Pengerupukan" yang biasanya dimeriahkan dengan pawai "Ogoh-Ogoh" sebagai sarana "nyomia Buta Kala".
"Mari kita jadikan momentum ini sebagai ajang introspeksi diri untuk meningkatkan `Sradha Bhakti` atau persembahan kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)," ucapnya.
Terkait dengan stabilitas keamanan dan ketertiban diharapkan aparatur desa serta kelurahan termasuk "pecalang" memiliki peran yang sangat penting.
"Kami harapkan petugas keamanan adat di masing-masing desa pakraman berkoordinasi dengan `bendesa adat` setempat mengawasi pelaksanaan `Tapa Bratha Penyepian` agar berjalan lancar dan khidmat," kata Jaya Negara.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018