Denpasar (Antaranews Bali) - Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani di Bali sebesar Rp4.843,18 per kilogram pada bulan Februari 2018, meningkat Rp203,72 atau 4,39 persen dibandingkan bulan sebelumnya (Januari) yang tercatat Rp4.639,46/kg.
"Demikian pula harga gabah kering panen di tingkat penggilingan naik sebesar Rp203,21/kg atau 4,31 persen dari Rp4.711,28 menjadi Rp4.914,49/kg," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, kenaikan harga gabah di tingkat petani dan penggilingan tersebut menyebabkan harganya jauh lebih tinggi dari harga patokan pemerintah (HPP) yang berlaku untuk tingkat petani sebesar Rp3.700/kg dan di tingkat penggilingan Rp3.750/kg.
Harga gabah di tingkat petani dan penggilingan tersebut meerupakan hasil pemantauan harga gabah yang dilakukan di tujuh kabupaten di Bali meliputi Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor tanaman pangan yang meliputi padi dan palawija bersama tiga subsektor lainnya yakni hortikultura, peternakan dan perikanan mengalami kenaikan dari lima subsektor yang menentukan pembentukan nilai tukar petani (NTP) yang mampu menunjukkan tingkat kemampuan dan daya beli petani di daerah perdesaan.
Selain itu juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang sangat diperlukan petani dalam memenuhi konsumsi rumah tangga.
NTP subsektor tanaman pangan pada bulan Februari 2018 sebesar 100,94 persen, naik naik 0,49 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 100,45 persen. Indeks yang diterima petani (lt) subsektor tanaman pangan tercatat mengalami kenaikan sebesar 1,06 persen, yang disebabkan oleh naiknya harga pada kelompok padi sebesar 0,87 persen dan palawija 1,55 persen.
Komoditas yang memicu kenaikan indeks harga yang diterima petani yakni kenaikan harga gabah, jagung dan ubi jalar. Sedangkan harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,56 persen yang dipengaruhi naiknya harga konsumsi rumah tangga 0,65 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,17 persen.
Sementara Kepala Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana dalam kesempatan terpisah mengatakan, pihaknya bertekad untuk meningkatkan produksi gabah dengan memperluas tanaman padi.
Sasaran luas tanaman padi di Bali tahun 2018 mencapai 146.501 hektare, meningkat 6.630 hektare dibandingkan realisasi penanaman padi tahun 2017 seluas 139,871 hektare.
Penanaman padi seluas 146.501 hektare selama tahun 2018 itu diharapkan mampu produksi 842.122 ton gabah kering giling atau setara dengan 505.273 ton beras. Dari sembilan kabupaten/kota di Pulau Dewata, target produksi padi yang terbesar tertumpu di Kabupaten Tabanan yakni 197.539 ton gabah kering giling, yang selama ini terkenal sebagai Lumbung Berasnya Bali.
Sedangkan untuk target produksi padi di delapan kabupaten/kota lainnya yakni Jembrana, (59.079 ton), Badung (112.599 ton), Gianyar (188.243 ton), Klungkung (33.370 ton), Bangli (30.484 ton), Karangasem (69.611 ton), Buleleng (123.949 ton), dan Denpasar (27.246 ton).
Penentuan target produksi padi sangat disesuaikan dengan potensi dan kemampuan petani maupun ketersediaan lahan di Bali, ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Demikian pula harga gabah kering panen di tingkat penggilingan naik sebesar Rp203,21/kg atau 4,31 persen dari Rp4.711,28 menjadi Rp4.914,49/kg," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, kenaikan harga gabah di tingkat petani dan penggilingan tersebut menyebabkan harganya jauh lebih tinggi dari harga patokan pemerintah (HPP) yang berlaku untuk tingkat petani sebesar Rp3.700/kg dan di tingkat penggilingan Rp3.750/kg.
Harga gabah di tingkat petani dan penggilingan tersebut meerupakan hasil pemantauan harga gabah yang dilakukan di tujuh kabupaten di Bali meliputi Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor tanaman pangan yang meliputi padi dan palawija bersama tiga subsektor lainnya yakni hortikultura, peternakan dan perikanan mengalami kenaikan dari lima subsektor yang menentukan pembentukan nilai tukar petani (NTP) yang mampu menunjukkan tingkat kemampuan dan daya beli petani di daerah perdesaan.
Selain itu juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang sangat diperlukan petani dalam memenuhi konsumsi rumah tangga.
NTP subsektor tanaman pangan pada bulan Februari 2018 sebesar 100,94 persen, naik naik 0,49 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 100,45 persen. Indeks yang diterima petani (lt) subsektor tanaman pangan tercatat mengalami kenaikan sebesar 1,06 persen, yang disebabkan oleh naiknya harga pada kelompok padi sebesar 0,87 persen dan palawija 1,55 persen.
Komoditas yang memicu kenaikan indeks harga yang diterima petani yakni kenaikan harga gabah, jagung dan ubi jalar. Sedangkan harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,56 persen yang dipengaruhi naiknya harga konsumsi rumah tangga 0,65 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,17 persen.
Sementara Kepala Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana dalam kesempatan terpisah mengatakan, pihaknya bertekad untuk meningkatkan produksi gabah dengan memperluas tanaman padi.
Sasaran luas tanaman padi di Bali tahun 2018 mencapai 146.501 hektare, meningkat 6.630 hektare dibandingkan realisasi penanaman padi tahun 2017 seluas 139,871 hektare.
Penanaman padi seluas 146.501 hektare selama tahun 2018 itu diharapkan mampu produksi 842.122 ton gabah kering giling atau setara dengan 505.273 ton beras. Dari sembilan kabupaten/kota di Pulau Dewata, target produksi padi yang terbesar tertumpu di Kabupaten Tabanan yakni 197.539 ton gabah kering giling, yang selama ini terkenal sebagai Lumbung Berasnya Bali.
Sedangkan untuk target produksi padi di delapan kabupaten/kota lainnya yakni Jembrana, (59.079 ton), Badung (112.599 ton), Gianyar (188.243 ton), Klungkung (33.370 ton), Bangli (30.484 ton), Karangasem (69.611 ton), Buleleng (123.949 ton), dan Denpasar (27.246 ton).
Penentuan target produksi padi sangat disesuaikan dengan potensi dan kemampuan petani maupun ketersediaan lahan di Bali, ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018