Denpasar (Antaranews Bali) - Sejumlah petani di Kecamatan Denpasar utara, Kota Denpasar, Bali mengalami kesulitan menangani sampah plastik yang mencemari lahan dan lingkungan sekitarnya sehingga sangat menghambat proses bercocok tanam.

"Debit air di wilayah kami cukup memadai namun kendala yang dihadapi petani di sini adalah penanganan sampah plastik yang terus mencemari lahan," kata Ketua (Pekaseh) Subak Pakel 2 Denpasar Utara I Nyoman Nartha kepada Antara, Kamis.

Dia mengatakan Subak Pakel 2 wilayahnya itu memiliki luas mencapai 65,29 hektare dan terbagi menjadi 11 wilayah atau "munduk" dengan anggota sebanyak 126 orang petani.

Menurut dia, rata-rata anggota subak menghadapi permasalahan yang sama yakni persoalan pencemaran terutama sampah plastik, selain kesulitan dalam penanggulangan hama tikus dan kepiting.

Hal senada juga dikatakan Wayan Kasno, petani yang juga anggota Subak Pakel 2, bahwa pencemaran sampah juga terjadi pada saluran irigasi wilayah Subak Pakel 1 selain di Subak Pakel 2.

Menurut dia pencemaran di kawasan itu bukan hanya sampah plastik tetapi juga limbah rumah tangga seperti bangkai sapi, babi, dan limbah membusuk lainnya.

"Kami berharap pemerintah turun tangan membantu para petani karena hasil pertanian tetap menjadi tumpuan perekonomian di Bali selain sektor pariwisata," kata Kasno.

Dia menambahkan beratnya tantangan di sektor pertanian seperti itu berdampak pada susahnya mencari generasi muda di Bali supaya belajar untuk bergerak menjadi seorang petani.

Sementara itu petani lainnya, I Wayan Yuda mengatakan saat ini tidak mudah menjadi petani karena banyaknya persoalan yang dihadapi apa lagi di kawasan perkotaan dengan persoalan yang sangat kompleks.

"Memang menjadi seorang petani tidak mudah, sebab untuk saat ini banyak permasalah yang muncul dan kita hadapi di lapangan seperti lahan pertanian yang semakin menyempit, gangguan binatang `yuyu` atau kepiting, limbah sampah plastik yang merusak saluran irigasi dan kualitas tanah," katanya.

Dia juga mengatakan persoalan pencemaran tersebut akan berpengaruh pada hasil pertanian, sementara itu panen padi yang diperoleh harganya juga tidak memadai sehingga cenderung merugi.

Menurut Yuda, pihaknya menyiasati lahan miliknya seluas 1.600 meter persegi dengan rotasi tanaman setelah panen padi yaitu bunga, kedelai, cabai, dan kangkung namun persoalan limbah tetap menjadi hambatan.

Video oleh Krishna Arisudana

Pewarta: Krishna Arisudana

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018