Amlapura (Antara Bali) - Ribuan hektare lahan kering di Kabupaten Karangasem mulai dihijaukan dan ke depan penghijauan itu terus dilakukan untuk membangun Karangasem yang hijau.
"Dalam lima tahun terakhir Karangasem sudah cukup berhasil mengurangi angka lahan kritis sebanyak 11.023 hektare," kata Kepala Dinas Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Karangasem, I Ketut Mudita, Senin.
Ia mengatakan dari 11.023 hektare lahan yang telah tersentuh program, 1.939 hektare di antaranya merupakan swadaya dari masyarakat.
"Kita akan dorong terus peran serta masyarakat sehingga pelan tapi pasti jumlah lahan kritis bisa berkurang secara signifikan," jelasnya.
Dalam SK Gubernur Bali, lahan kering di Karangasem tercatat 76.884 hektare dari luas wilayah 83.945 hektare (91,58 persen).
"Dari jumlah itu, 51.654 hektare (67 persen) tergolong lahan kritis dan 23.453 hektare sangat kritis," ujarnya.
Lahan sangat kritis itu berada di dalam kawasan hutan seluas 5.439 hektare dan di luar kawasan hutan seluas 17.960 hektare.
Melalui berbagai skema program pemerintah, pada 2006 berhasil dihijaukan seluas 265 hektare, 1.801 hektare pada 2007, 1.562 hektare pada 2008, 871 hektare 2009 dan pada 2010 tercatat 4.561 hektare.
Untuk kegiatan reboisasi di dalam kawasan hutan, menurut Mudita selama kurun waktu lima tahu dicapai 2.025 hektare dan di luar kawasan hutan dalam bentuk penghijauan lingkungan dan hutan rakyat seluas 8.998 hektare.
Untuk program reboisasi, ditanam rata-rata 1.100 pohon per hektare, sedangkan penghijauan hutan rakyat rata-rata 400 pohon per hektare.
Wakil Bupati Karangasem, I Made Sukerana, menegaskan program penghijauan yang telah berhasil menaman sedikitnya 1,1 juta pohon selama lima tahun terakhir akan terus berlanjut.
"Saat ini lahan kategori sangat krisis tercacat 23.453 hektare baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Pemerintah tak sanggup melakukan sendiri tanpa dukungan masyarakat," jelasnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Dalam lima tahun terakhir Karangasem sudah cukup berhasil mengurangi angka lahan kritis sebanyak 11.023 hektare," kata Kepala Dinas Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Karangasem, I Ketut Mudita, Senin.
Ia mengatakan dari 11.023 hektare lahan yang telah tersentuh program, 1.939 hektare di antaranya merupakan swadaya dari masyarakat.
"Kita akan dorong terus peran serta masyarakat sehingga pelan tapi pasti jumlah lahan kritis bisa berkurang secara signifikan," jelasnya.
Dalam SK Gubernur Bali, lahan kering di Karangasem tercatat 76.884 hektare dari luas wilayah 83.945 hektare (91,58 persen).
"Dari jumlah itu, 51.654 hektare (67 persen) tergolong lahan kritis dan 23.453 hektare sangat kritis," ujarnya.
Lahan sangat kritis itu berada di dalam kawasan hutan seluas 5.439 hektare dan di luar kawasan hutan seluas 17.960 hektare.
Melalui berbagai skema program pemerintah, pada 2006 berhasil dihijaukan seluas 265 hektare, 1.801 hektare pada 2007, 1.562 hektare pada 2008, 871 hektare 2009 dan pada 2010 tercatat 4.561 hektare.
Untuk kegiatan reboisasi di dalam kawasan hutan, menurut Mudita selama kurun waktu lima tahu dicapai 2.025 hektare dan di luar kawasan hutan dalam bentuk penghijauan lingkungan dan hutan rakyat seluas 8.998 hektare.
Untuk program reboisasi, ditanam rata-rata 1.100 pohon per hektare, sedangkan penghijauan hutan rakyat rata-rata 400 pohon per hektare.
Wakil Bupati Karangasem, I Made Sukerana, menegaskan program penghijauan yang telah berhasil menaman sedikitnya 1,1 juta pohon selama lima tahun terakhir akan terus berlanjut.
"Saat ini lahan kategori sangat krisis tercacat 23.453 hektare baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Pemerintah tak sanggup melakukan sendiri tanpa dukungan masyarakat," jelasnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011