Singaraja (Antaranews Bali) - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Buleleng, Bali, mempercepat pengaspalan jalan yang rusak di Banjar Dinas Kelandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng yang ditargetkan tuntas dalam tahun 2018.

"Pengerasan badan jalan dilakukan secara bertahap dan berkala dari tahun 2016, karena saat itu jalan terjal dan kerusakannya parah, tetapi tahun 2018 akan kita tuntaskan sisanya," kata Kepala Dinas PUPR Buleleng, Ketut Suparta Wijaya di Singaraja, Minggu.

Selain itu, Dinas PUPR sudah melakukan perbaikan jalan di Desa Pakisan tembus ke Desa Tambakan sepanjang empat kilometer pada tahun 2016.

Selanjutnya, perbaikan jalan dilakukan di Desa Pakisan tembus ke Desa Bontihing sepanjang 5 kilometer pada tahun 2017. Sisanya 3,5 kilometer di poros Desa Pakisan, akan dituntaskan pada tahun ini juga.

Dinas PUPR Buleleng sudah menganggarkan dana sekitar Rp7 miliar untuk penuntasan pengerasan jalan di poros Pakisan.

Perbaikan jalan poros Pakisan itu disebutnya tidak hanya pengerasan, tetapi dimulai dari perbaikan pondasi dan senderan tepi jalan, sehingga tahan lebih lama.

"Perkara jalan rusak di Buleleng itu memang tidak pernah habis. Dari seribuan kilometer jalan yang ada, setiap tahun pasti ada yang mengalami penurunan kualitas, sehingga perlu peremajaan," ujarnya.

Ia mengakui kerusakan jalan itu menghambat petumbuhan ekonomi warga sekitar, yang notabenenya adalah petani cengkih, kopi dan cokelat.

"Ini adalah satu-satunya akses menuju ke kota. Jalannya hanya satu kali diperbaiki, yakni pada tahun 2009. Setelah itu jalan mulai rusak sekitar tahun 2012, dan sampai sekarang belum diperbaiki pemerintah," kata Kepala Dusun, Ketut Rajin.

Ketut Rajin mengatakan di Dusun Kelandis, terdapat Sekolah Dasar No. 2 Pakisan yang dibangun sejak awal tahun 1967 oleh pemerintah.

Kini, untuk menuju ke sekolah, para siswa terpaksa berjalan kaki sejauh 1,5 meter, dengan menelusuri jalan yang rusak, penuh bebatuan tajam, dan berdebu.

"Saya juga kasihan kepada parwa siswa-siswi sekolahan tersebut. Para Guru juga banyak yang mengeluh. Belum lagi kalau hujan, sudah dipastikan baju dan sepatu sisiwa-siswi itu penuh dengan lumpur. Untuk kendaraan sudah pasti tidak bisa lewat. Ini sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi di sini," katanya. (WDY)

Pewarta: Krishna Arisudana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018