Gianyar, (Antaranews Bali) - Pendapatan bisnis pemandian air panas (hot spring) Toya Devasya, di kawasan Kintamani, gunung Batur, kabupaten Bangli, Bali mencapai sekitar Rp1,5 miliar per bulan dari sekitar kunjungan 500 turis per hari.
"Setelah dua tahun, saya tangani langsung usaha pemandian air panas ini, pendapatannya naik drastis dari sekitar Rp150 juta per bulan kini berhasil mencapai sekitar Rp1,5 miliar per bulan," kata Ketut Mardjana, general manajer Toya Devasya, di Kintamani, Bangli, Jumat.
Pendapatan yang meningkat drastis itu akibat dari peningkatan drastis kunjungan turis, dari 50 turis per hari kini rata-rata sekitar 500 orang per hari dimana sekitar 400 merupakan turis asing, sedangkan 100 merupakan turis domestik, kata I Ketut Mardjana, mantan Dirut PT Pos Indonesia yang sering menerima penghargaan.
Akibat peningkatan kunjungan turis yang cukup drastis, bisnis pemandian air panas yang punya "Corporate Color" ungu dan ikon gajah (Ganesha) kini menyerap 200 orang pekerja meningkat dari 22 pekerja pada dua tahun lalu, kata Mardjana, mantan direktur keuangan PT Citra Marga, perusahaan jalan tol milik Tutut Hardiyanti Rukmana, putri mantan presiden Soeharto.
"Pertumbuhan bisnis Toya Devasya ini banyak dinikmati masyarakat sekitar, mulai dari penyerapan tenaga kerja, hotel dan penginapan sekitar Kintamani juga banyak kedatangan turis dan tamu, biro perjalanan dan restoran, serta produk pertanian dan perikanan masyarakat sekitar yang dibeli kami" katanya.
Bisnis pemandian air panas ini merupakan destinasi wisata "One Stop Destination" dimana turis dapat berendam air panas sambil menikmati makan dan minum, bisa menikmati spa, ada kegiatan alam (adventure) seperti naik gunung, dan bersepeda. Toya Devasya memiliki fasilitas pemandian air panas, restoran, spa, villa dan camping ground, serta berbagai kegiatan bersifat petualangan.
"Sudah banyak artis yang menjadi tamu kami di antaranya ialah penyanyi Afghan, komedian dan musisi Andre Taulani, dan juga banyak perusahaan seperti Telkom, Bank Indonesia, PT Pos yang menjadikan Toya Devasya sebagai tempat rapat sekaligus melakukan management building," kata I Ketut Mardjana, yang kini menjadi ketua PHRI kabupaten Bangli.
Namun sukses bisnis pemandian air panasnya itu yang mulai dibangun tahun 1995 awalnya tidak berjalan mulus. Ini awalnya bisnis keluarga yang dibangun tahun 1995 dan selesai tahun 1997, langsung terkena imbas krisis ekonomi. I Ketut Mardjana kemudian mengambil alih sepenuhnya bisnis keluarga itu mulai tahun 2002, tapi kemudian ditinggalkan karena harus menjadi Dirut PT Pos Indonesia. Ia mulai menangani langsung bisnis pemandian air pana sejak dua tahun belakangan ini.
"Modal membangun bisnis pemandian air panas ini dari modal BNI sekitar Rp50 miliar. Beberpa kali jatuh bangun, bahkan hampir dilelang namun kini sudah membaik dan diperkirakan, kami dapat mengembalikan modal investasi dalam lima tahun ke depan," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018