Denpasar (Antaranews Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar, menggelar dialog sastra membahas bahasa ibu, khususnya dalam ekspresi generasi kini, dengan menampilkan dua pembicara sosok muda.

Kedua pembicara tersebut terdiri atas sastrawan Putu Supartika serta akademisi dan pengamat budaya Titah Pratyaksa M. Ikom. Keduanya tampil dalam dialog sastra tersebut selaras memaknai Hari Bahasa Ibu Internasional yang diperingati setiap 21 Februari itu di BBB Ketewel, Minggu.

Kedua pembicara di hadapan ratusan peserta dari berbagai elemen masyarakat mendiskusikan mengenai bagaimana bahasa ibu dapat mewakili ekspresi generasi kini di tengah ramainya penggunaan media sosial, berikut kemunculan bahasa-bahasa "gaul" yang menyertainya.

Selain itu, kedua pembicara juga berbagi perihal upaya mereka untuk memperjuangkan bahasa ibu sebagai sarana ekspresi. Bukan semata perkara romantisme atau mengagungkan masa lampau, melainkan upaya menyikapi aneka problematik kekinian pada era multimedia yang serbalekas dan bergegas.

Hari Bahasa Ibu Internasional ditetapkan oleh UNESCO pada tanggal 17 November 1999 dan secara rutin diperingati di seluruh dunia sejak 2000.

Peringatan tersebut berasal dari pengakuan internasional terhadap Hari Gerakan Bahasa yang dirayakan di Bangladesh sekaligus untuk menyuarakan perdamaian, kesadaran linguistik, keanekaragaman budaya, dan multibahasa.

Namun, jauh sebelum penetapan Hari Bahasa Ibu Internasional tersebut, sastrawan Ajip Rosidi telah menggagas Hadiah Sastra Rancage sebagai salah satu upaya merawat dan memuliakan bahasa daerah atau bahasa ibu. Hadiah Sastra Rancage merupakan penghargaan yang diberikan kepada orang-orang yang dinilai telah berjasa bagi pengembangan bahasa dan sastra daerah.

Putu Supartika, penulis Bali yang meraih penghargaan Rancage tahun 2017 bersama 10 sastrawan lainnya dari berbagai daerah di Indonesia telah menerbitkan buku kumpulan cerpen berbahasa Bali berjudul "Yen Benjang Tiang Dados Presiden" dan kumpulan puisi berjudul "Lelakut".

Ia tidak hanya menulis dalam bahasa Bali, tetapi juga bahasa Indonesia. Kini dia tengah mengelola web "Suara Saking Bali" (suara dari Bali) yang berisi jurnal sastra Bali modern. (ed)

Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018