Denpasar (Antaranews Bali) - Dinas Kesehatan Provinsi Bali menargetkan sekitar 900 ribu lebih bayi di atas usia sembilan bulan dan anak-anak berusia hingga 15 tahun di daerah itu dapat tersasar imunisasi Japanese Encephalitis (JE).
"Pemerintah pusat telah merekomendasikan pemberian imunisasi JE di Bali, yang programnya akan dilaksanakan pada Maret hingga April 2018," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Rabu.
Dia menyebut, kasus balita dan anak-anak di Bali yang terjangkit virus JE cukup tinggi. Pada 2016, dari total 363 kasus JE di Indonesia, untuk di Bali saja jumlahnya mencapai 263 kasus.
"Di daerah kita banyak kasus yang tidak terlaporkan karena ciri-ciri penderita penyakitnya mirip dengan kasus demam berdarah, ada panas/demam, disertai flu yang mirip flu biasa. Namun, karena virus ini menyerang otak, biasanya akan disertai dengan kejang-kejang," ucapnya.
Suarjaya menambahkan, di Bali prevalensi kasus JE cukup tinggi karena memang yang menjadi reservoar virus JE adalah babi dan unggas. "Penyakit ini disebabkan oleh virus JE, yang disebarkan oleh nyamuk culex. Karena populasi babi di Bali banyak, maka kemungkinan perkembangbiakan virus ini menjadi lebih cepat," ujarnya.
Menurut Suarjaya, jika penderita virus ini tidak cepat mendapatkan pengobatan, maka dampaknya bisa fatal karena akan berakibat pada kematian. "Di Bali itu, sekitar 30-35 persen kasus JE telah menimbulkan kematian. Sebenarnya standar operasional dan prosedur (SOP) pengobatannya ada, tetapi tergantung lagi kondisi pasien dan status gizinya," katanya.
Selain dengan imunisasi, untuk mencegah penyakit virus yang telah berkembang di Jepang mulai 1960-an itu, lanjut dia, dapat dilakukan dengan menjaga lingkungan tetap bersih, pengasapan (fogging), maupun Gerakan 3 M.
"Imunisasi akan memberikan kekebalan individu sehingga tidak terserang oleh virus JE. Imunisasi JE pada Maret dan April mendatang dapat diperoleh secara gratis di puskesmas, puskesmas pembantu, maupun di posyandu," ucap Suarjaya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Pemerintah pusat telah merekomendasikan pemberian imunisasi JE di Bali, yang programnya akan dilaksanakan pada Maret hingga April 2018," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Rabu.
Dia menyebut, kasus balita dan anak-anak di Bali yang terjangkit virus JE cukup tinggi. Pada 2016, dari total 363 kasus JE di Indonesia, untuk di Bali saja jumlahnya mencapai 263 kasus.
"Di daerah kita banyak kasus yang tidak terlaporkan karena ciri-ciri penderita penyakitnya mirip dengan kasus demam berdarah, ada panas/demam, disertai flu yang mirip flu biasa. Namun, karena virus ini menyerang otak, biasanya akan disertai dengan kejang-kejang," ucapnya.
Suarjaya menambahkan, di Bali prevalensi kasus JE cukup tinggi karena memang yang menjadi reservoar virus JE adalah babi dan unggas. "Penyakit ini disebabkan oleh virus JE, yang disebarkan oleh nyamuk culex. Karena populasi babi di Bali banyak, maka kemungkinan perkembangbiakan virus ini menjadi lebih cepat," ujarnya.
Menurut Suarjaya, jika penderita virus ini tidak cepat mendapatkan pengobatan, maka dampaknya bisa fatal karena akan berakibat pada kematian. "Di Bali itu, sekitar 30-35 persen kasus JE telah menimbulkan kematian. Sebenarnya standar operasional dan prosedur (SOP) pengobatannya ada, tetapi tergantung lagi kondisi pasien dan status gizinya," katanya.
Selain dengan imunisasi, untuk mencegah penyakit virus yang telah berkembang di Jepang mulai 1960-an itu, lanjut dia, dapat dilakukan dengan menjaga lingkungan tetap bersih, pengasapan (fogging), maupun Gerakan 3 M.
"Imunisasi akan memberikan kekebalan individu sehingga tidak terserang oleh virus JE. Imunisasi JE pada Maret dan April mendatang dapat diperoleh secara gratis di puskesmas, puskesmas pembantu, maupun di posyandu," ucap Suarjaya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018