Negara (Antaranews Bali) - Banjir di sebagian Dusun Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Kabupaten Jembrana sudah berlangsung puluhan tahun, sehingga saat hujan warga harus waspada.

"Saya sudah tinggal disini sekitar 37 tahun, hampir setiap hujan turun banjir pasti menggenangi halaman bahkan sampai di dalam rumah saya," kata salah seorang warga, Ni Ketut Kartini, di Negara, Rabu.

Ia mengatakan, air bah tidak hanya datang dari aliran Sungai Samblong tapi juga berasal dari sungai di Desa Air Kuning yang pinggirannya tidak ditanggul.

Sebagai orang awam, ia berharap pinggiran sungai Desa Air Kuning juga ditanggul sehingga bisa menahan luapan air yang mengarah ke pemukiman warga.

Karena hampir setiap turun hujan rumahnya terendam air, ia mengaku, sudah terbiasa mengungsi seperti Selasa (23/1) tengah malam dimana ia bersama keluarga dan cucunya yang masih berumur 4 tahun dijemput petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan perahu karet.

"Saat membangun rumah permanen pondasi kami tinggikan sehingga air banjir tidak terlalu dalam masuk ke dalam rumah, tapi dulu waktu rumah kami masih sederhana sudah biasa pekarangan maupun rumah kami tenggelam," katanya.

Menurutnya, air yang menggenang di pekarangan rumahnya biasanya akan hilang jika selama tiga hari tidak turun hujan dan cuaca panas.

Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum Jembrana Wayan Darwin mengatakan, banjir di dusun tersebut disebabkan beberapa faktor seperti lokasi pemukiman yang dekat dengan hulu dua sungai.

"Sebagian pemukiman warga Dusun Samblong berada di pertemuan dua aliran sungai yaitu Kelurahan Sangkaragung dan Yeh Kuning, ditambah dengan pasang air laut sehingga menyebabkan banjir cukup besar," katanya. (GBI)

Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018