Denpasar (Antaranews Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika berpandangan perlu kewaspadaan nasional untuk mewujudkan cita-cita Bali menuju yang maju, aman, damai, dan sejahtera (Mandara) menjadi sebuah realita.

"Ini (visi Bali Mandara) perlu kita renungkan bersama. Tentu saja harus ada evaluasi. Selama ini oke nggak sih?," kata Pastika pada acara peluncuran buku `Kewaspadaan Nasional Untuk Bali Mandara` di Denpasar, Jumat.

Itu sebabnya, dia memandang buku Kewaspadaan Nasional Untuk Bali Mandara ini sangat penting, karena kewaspadaan berujung kepada ketahanan.

"Waspada berarti mengetahui ada ancaman apa di depan sehingga bisa mempersiapkan diri. Bentuk persiapan itu misalnya dengan meningkatkan kualitas diri dan bergerak responsif, bukan reaktif," ucapnya.

Untuk menjadikan visi Bali Mandara sebagai sebuah realita juga telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali dalam sembilan tahun terakhir. Tentu saja perlu ada evaluasi agar bisa menentukan bagaimana nasib visi ini ke depan.

Sementara itu, Penulis buku, Mayjen TNI Purn Dr I Putu Sastra Wingarta mengatakan buku tersebut sebagai tahapan ketiga dari kelahiran Bali Mandara.

Pada tahapan ini, buku yang terdiri dari 29 bagian ini menjadi semacam mercusuar-mercusuar dalam upaya pencapaian visi Bali Mandara. "Ia bisa berfungsi sebagai penunjuk jalan agar tetap `on the track` menuju tercapainya Bali Mandara," ucapnya.

Tenaga ahli Lembaga Ketahanan Nasional RI ini mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, Provinsi Bali hampir selalu menjadi nomor satu dalam indeks Ketahanan Nasional yang dibuat Lemhannas.

Ini bisa menjadi salah satu indikator dari apa yang telah dibuat Pemerintah Provinsi Bali dengan konsep yang berbasis budaya "jengah" atau pantang menyerah.

Senada dengan itu, mantan Sekjen Dewan Ketahanan Nasional RI Letjen TNI Purn M Munir menilai keberadaan buku ini sangat pas untuk menjaga kesinambungan Bali kedepan.

Ia menyayangkan seringnya pergantian kepemimpinan memunculkan sesuatu yang baru karena yang sebelumnya dianggap salah.

"Buku ini bisa menjadi semacam acuan atau referensi dalam membawa Bali ke depan, sehingga upaya mewujudkan tujuan yang diinginkan masyarakat Bali tidak dimulai dari nol lagi," katanya.

Sementara itu, Budayawan I Wayan Geriya mengatakan dalam upaya pembangunan Bali saat ini yang berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana, konsep pembangunan manusia menjadi titik yang perlu mendapat perhatian penting.

Dalam buku ini, menurutnya, terdapat konsep-konsep yang yang bertujuan membangun jiwa atau spirit manusia Bali, sebuah konsep Jengah.

Lain halnya dengan Ketua MUDP Provinsi Bali, Jero Gede Suwena Putus Upadesa. Ia mengatakan cita-cita Bali Mandara sesungguhnya sama dengan cita-cita desa pakraman (desa adat) untuk mewujudkan Bali yang Shanti dan Jagadhita (damai dan sejahtera).

Itu sebabnya yang paling terpenting adalah bagaimana konsep di dalam pencapaian itu karena ujungnya sama.

Sementara itu, Kepala Bappeda Litbang Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan kewaspadaan seperti ini menjadi sebuah panduan yang sangat membantu khususnya dalam bidang perencanaan. Apalagi, dengan perencanaan yang baik akan membuat pekerjaan Pemprov Bali menjadi lebih mudah.

Hadir dalam peluncuran buku ini Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta, Ketua PHDI Pusat Wisnu Bawa Tenaya, sulinggih (pendeta Hindu), akademisi, tokoh masyarakat dan Kepala OPD lingkup Provinsi Bali. (*)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017