Tabanan (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengharapkan lewat momentum peringatan Hari Puputan Margarana dapat menginspirasi generasi muda dalam semangat mengisi kemerdekaan dan pembangunan.
"Untuk itu, generasi muda bangsa memiliki kewajiban untuk bersama-sama meneruskan perjuangan para pejuang agar bangsa Indonesia bisa mewujudkan bangsa yang sejahtera dan makmur," kata Pastika dalam sambutannya yang dibacakan Wagub Bali Ketut Sudikerta pada Upacara Peringatan ke-71 Puputan Margarana, di Taman Pujaan Bangsa Margarana, Tabanan, Senin.
Menurut dia, perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia membutuhkan persatuan dan kesatuan yang kuat.
"Komitmen para pejuang pendiri bangsa dan para pahlawan untuk menyatukan bangsa ini melahirkan sikap kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial. Untuk itu, peringatan Hari Puputan Margarana bukan sekadar ungkapan rasa syukur, tetapi sekaligus sebagai refleksi terhadap keyakinan jati diri bangsa yang bermartabat diinspirasi oleh para pejuang kita," ucapnya
Sudikerta menambahkan, lewat peringatan dengan tema "Menggelorakan Jiwa dan Semangat Puputan Margarana sebagai Modal Pembangunan" itu sekaligus diharapkan menjadi inspirasi generasi muda untuk berjuang bahu-membahu mengisi kemerdekaan dengan melakukan pembangunan di segala bidang untuk mencapai tujuan nasional.
Dia pun mengajak bersama-sama melaksanakan semua program-program pembangunan pusat dengan Nawacitnya, Bali dengan program Bali Mandara-nya dan kabupaten dengan berbagai programnya.
"Kami harapkan semua menyatu bersinergi untuk mewujudkan masyarakat sejahtera," kata Sudikerta sesaat usai melakukan tabur bunga serangkaian peringatan Hari Puputan Margarana Ke-71 itu.
Dalam peringatan itu juga disampaikan sejarah peristiwa Puputan Margarana pada 20 November 1946. Saat itu, Kepala Divisi Sunda Kecil Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai memerintahkan pasukannya untuk merebut senjata polisi NICA yang ada di Kota Tabanan. Beberapa pucuk senjata beserta pelurunya dapat direbut dan seorang komandan polisi NICA ikut bergabung dalam pasukan I Gusti Ngurah Rai.
Pagi-pagi buta tentara Belanda mulai mengadakan pengurungan terhadap Desa Marga, Tabanan dan mulailah terjadi tembak-menembak antara pasukan NICA dengan pasukan I Gusti Ngurah Rai.
Pada pertempuran yang seru itu pasukan Belanda banyak yang mati tertembak. Bantuan tentara Belanda yang berada di Bali ditambah pesawat pengebom didatangkan dari Makasar.
Dalam pertempuran yang sengit itu semua anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan.
Di sinilah pasukan Ngurah Rai mengadakan "puputan" atau perang habis-habisan di Desa Margarana sehingga pasukan yang berjumlah 96 orang itu semuanya gugur, termasuk I Gusti Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya, di pihak Belanda ada lebih kurang 400 orang yang tewas. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Untuk itu, generasi muda bangsa memiliki kewajiban untuk bersama-sama meneruskan perjuangan para pejuang agar bangsa Indonesia bisa mewujudkan bangsa yang sejahtera dan makmur," kata Pastika dalam sambutannya yang dibacakan Wagub Bali Ketut Sudikerta pada Upacara Peringatan ke-71 Puputan Margarana, di Taman Pujaan Bangsa Margarana, Tabanan, Senin.
Menurut dia, perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia membutuhkan persatuan dan kesatuan yang kuat.
"Komitmen para pejuang pendiri bangsa dan para pahlawan untuk menyatukan bangsa ini melahirkan sikap kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial. Untuk itu, peringatan Hari Puputan Margarana bukan sekadar ungkapan rasa syukur, tetapi sekaligus sebagai refleksi terhadap keyakinan jati diri bangsa yang bermartabat diinspirasi oleh para pejuang kita," ucapnya
Sudikerta menambahkan, lewat peringatan dengan tema "Menggelorakan Jiwa dan Semangat Puputan Margarana sebagai Modal Pembangunan" itu sekaligus diharapkan menjadi inspirasi generasi muda untuk berjuang bahu-membahu mengisi kemerdekaan dengan melakukan pembangunan di segala bidang untuk mencapai tujuan nasional.
Dia pun mengajak bersama-sama melaksanakan semua program-program pembangunan pusat dengan Nawacitnya, Bali dengan program Bali Mandara-nya dan kabupaten dengan berbagai programnya.
"Kami harapkan semua menyatu bersinergi untuk mewujudkan masyarakat sejahtera," kata Sudikerta sesaat usai melakukan tabur bunga serangkaian peringatan Hari Puputan Margarana Ke-71 itu.
Dalam peringatan itu juga disampaikan sejarah peristiwa Puputan Margarana pada 20 November 1946. Saat itu, Kepala Divisi Sunda Kecil Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai memerintahkan pasukannya untuk merebut senjata polisi NICA yang ada di Kota Tabanan. Beberapa pucuk senjata beserta pelurunya dapat direbut dan seorang komandan polisi NICA ikut bergabung dalam pasukan I Gusti Ngurah Rai.
Pagi-pagi buta tentara Belanda mulai mengadakan pengurungan terhadap Desa Marga, Tabanan dan mulailah terjadi tembak-menembak antara pasukan NICA dengan pasukan I Gusti Ngurah Rai.
Pada pertempuran yang seru itu pasukan Belanda banyak yang mati tertembak. Bantuan tentara Belanda yang berada di Bali ditambah pesawat pengebom didatangkan dari Makasar.
Dalam pertempuran yang sengit itu semua anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan.
Di sinilah pasukan Ngurah Rai mengadakan "puputan" atau perang habis-habisan di Desa Margarana sehingga pasukan yang berjumlah 96 orang itu semuanya gugur, termasuk I Gusti Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya, di pihak Belanda ada lebih kurang 400 orang yang tewas. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017