Denpasar (Antara Bali) - PLN berencana membangun menara transmisi listrik tertinggi di dunia, yakni hingga 376 meter dengan lokasi di kawasan Gilimanuk, guna memudahkan pengaliran arus listrik dari Jawa ke Bali.

Direktur Utama PT (Persero) Perusahaan Listrik Negara Dahlan Iskan mengemukakan rencana tersebut di sela-sela seminar bertema "Fungsi Pengawasan Demi Terwujudnya Penegakan Hukum dan Good Governance" di Denpasar, Kamis.

"Tower itu kami namakan transmisi 'Bali crossing' yang akan mengalirkan atau menyeberangkan arus listrik dari Jawa ke Bali dengan kapasitas hingga 3.000 megawatt," katanya.

Dijelaskan bahwa pembangkit listrik di Paiton, Jawa Timur, berkapasitas ribuan megawatt. Untuk menyeberangkan arus listrik tersebut ke Bali, dibutuhkan tower yang sangat tinggi.

"Tower itu rencananya mulai dibangun akhir tahun ini atau awal tahun depan," ucapnya.

Mengenai konstruksinya, kata Dahlan, untuk lebar kaki-kakinya saja seukuran lapangan sepak bola dan di tengah-tengahnya dilengkapi lift. Sedangkan untuk bentangan kabel tower bagian atas lebarnya 70 meter atau dengan kata lain antara ujung satu dengan lainnya berjarak 70 meter.

Jarak antarkabel dibuat jauh, agar saat ada angin kencang tidak saling bersinggungan. Hal itu mengingat dalam 100 tahun terakhir, kecepatan angin di Bali mencapai 60 meter per menit.

Konstruksi menara dan jaringan kabel listrik itu dirancang mampu menghadapi terpaan angin dengan kecepatan hingga 70 meter per menit.

"Menara ini juga bisa menjadi kebanggaan bagi Bali, karena akan megalahkan tower tertinggi di dunia yang saat ini ada di RRC, yakni  370 meter," ucapnya.

Dikatakan, pihaknya juga akan sekaligus bekerja sama dengan pihak pihak Kehutanan untuk memanfaatkan menara tersebut untuk membantu pengawasan hutan di seputaran Gilimanuk.

Selain pembangunan menara listrik tertinggi di dunia, PLN juga berencana membangun dua sirkuit kabel bawah laut dengan teknologi berkapasitas 200 megawatt.

Alasan dibangun menara, ujar Dahlan, tak lain karena kabel bawah laut tidak bisa terlalu diandalkan akibat sangat rentan termakan arus. Terlebih arus Selat Bali merupakan yang terkuat di antara lautan Indonesia.

Berdasarkan pengalaman periode terdahulu ketika dibangun sembilan kabel bawah laut, sekarang hanya tinggal dua, sisanya habis termakan arus, kata Dahlan.

Jika semua upaya mengatasi kebutuhan listrik terealisasi, diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan listrik di Bali hingga 25 tahun ke depan.

Dengan berbagai upaya pemenuhan kebutuhan listrik yang sebelumnya dilakukan dengan perbaikan mesin yang rusak dan menyewa 100 megawatt mesin, akan bisa dihentikan.

"Jika ditotal, jumlah listrik yang dapat dihasilkan nanti sebesar 3.400 megawatt dengan rincian dari tower 3.000 megawatt, kabel bawah laut yang baru 200 megawatt dan kabel bawah laut yang lama 200 megawatt," ujarnya.

Sekarang kebutuhan listrik di Bali paling tinggi saat beban puncak mencapai 600 megawatt. PLN juga tetap membangun pembangkit listrik untuk mengantisipasi jika terjadi gangguan pada menara maupun kabel bawah laut, tambahnya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011