Denpasar, 30/10 (Antara) - Wali Kota Denpasar, Bali, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra melakukan kunjungan ke posko pengungsian pasca-Gunung Agung statusnya diturunkan menjadi level III (Siaga) oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Kementerian ESDM sejak Minggu (29/10).

"Saya bersama instansi terkait selalu melakukan peninjauan ke Posko pengungsian terhadap keberadaan pengungsi Gunung Agung yang berada di Denpasar. Terlebih status Gunung Agung kini sudah diturunkan dari level Awas menjadi Siaga," kata Rai Mantra di Posko Kesambi, Denpasar, Senin.

Ia mengatakan dalam kunjungan tersebut, posko pertama yang dikunjungi adalah di Kesambi, Danau Tempe, dan Posko Gurita Sesetan.

Di Posko Kesambi terdapat 164 warga pengungsi yang kebanyakan dari kawasan rawan bencana (KRB) II dan I. Dan pada perayaan hari suci Galungan dan Kuningan mereka pulang kampung untuk sembahyang.

Wali Kota Rai Mantra mengatakan usai hari suci Galungan segera melakukan pembahasan kepada para pengungsi di posko-posko yang ada. Namun sebelumnya juga pihaknya telah melakukan koordinasi bersama organisasi perangkat daerah (OPD), terkait untuk melakukan langkah-langkah pendataan dengan turunnya status Gunung Agung.

Seperti di Posko Kesambi ada warga Desa Ban dan Desa Sebudi, Karangasem yang menjadi salah satu kawasan rawan KRB III.

"Belum mendata jumlah pasti, namun beberapa warga sudah ada yang memilih pulang untuk merayakan hari suci Galungan dan juga terkait status penurunan Gunung Agung," ujarnya.

Disamping itu, kata dia, juga pembahasan pendidikan anak-anak terkait ulangan semester yang segera dilaksanakan sudah dilakukan koordinasi secara bersama-sama memberikan fasilitas kepada siswa sekolah.

"Termasuk koordinasi memberikan fasilitas pemulangan warga KRB II dan I juga telah dilakukan setiap posko yang nantinya akan dilakukan pengumpulan di salah satu tempat, dan pulang bersama-sama ke Karangasem," ucapnya.

Seorang warga KRB III di Posko Danau Tempe asal Dusun Cegi, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Ketut Keling memilih merayakan Galungan di tempat pengungsian.

Ia mengaku beberapa hari lalu sempat pulang ke kampung halaman, namun masuk zona merah dan was-was untuk tinggal di rumah.

"Desa kami masuk zona merah, dan kami memilih untuk sementara merayakan hari suci Galungan di posko pengungsian saja, yang telah di fasilitasi persembahyangan bersama dan acara tradisi `ngelawar`," ucapnya.

Hal senada juga dikatakan Wayan Sukra asal Dusun Pengalusan, Desa Ban Kecamatan dengan keadaan daerahnya masuk zona KRB III, sehingga perayaan hari suci Galungan tetap dilakukan di posko.

"Kepingin pulang kampung, tapi saran pemerintah untuk tetap dipengungsian terkait zona KRB III Gunung Agung agar tetap dipengungsian," ujarnya.

Wayan Sukra yang sudah menetap hampir dua bulan di Posko Danau Tempe mengaku tidak berani pulang meski status Gunung Agung telah diturunkan.

"Saya tetap merayakan Galungan di pengungsian saja. Kami sudah mendapat bantuan dari para relawan dan bantuan logistik," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017