Denpasar (Antara Bali) - Warga masyarakat kecewa terhadap pelayanan Tol Bali Mandara menjelang pemberlakukan pembayaran otomatis dengan sistem kartu mulai 1 Oktober 2017.

"Saya kecewa dengan pelayanan di gerbang tol, teruatama di pintu masuk Nusa Dua yang antreannya sampai panjang, baik kendaraan roda dua dan roda empat pada sore hari. Padahal kalau saya lihat lalu lintas di dalam tol cukup lancar," kata Made Aryanata, seorang warga Nusa Dua, Bali, Jumat.

Ia mengatakan semestinya petugas tol harus mengantisipasi pada kondisi jam-jam sibuk warga masyarakat yang pulang kerja. Pada saat itu petugas tol harus menyiapkan bagaimana agar masyarakat merasa nyaman berkendaraan tol.

"Saya ngak tahu, masak setiap sore gerbang tol di Nusa dua arah ke Denpasar dan Bandara Ngurah Rai antrean sampai panjang sekali, apalagi di tengah teriknya matahari. Bahkan ada pengguna jalan sudah memasuki wilayah tol, karena dilihat antreannya sangat panjang mereka balik arah," ujarnya.

Aryanata juga tidak mengerti sistem tersebut, atau memang dengan sengaja petugas menutup salah satu pintu masuk, sehingga masyarakat atau pelanggan yang selama ini menggunakan manual untuk membeli kartu tol otomatis (e-toll).

"Harga kartu tol otomatis yang dijual itu semestinya sama dengan isinya (pulsa), tetapi dengan membeli kartu tersebut yang harganya Rp50 ribu dapatnya cuma Rp40 ribu. Apalagi pihak bank secara tidak langsung itu mempromosikan produknya, semestinya harga awal bisa lebih murah. Ini namanya menjerat masyarakat Bali di tengah menghadapi bencana Gunung Agung," ujarnya.

Ia mengatakan memang untuk bepergian ada jalan alternatif lewat jalan umum, semestinya pihak tol memberi kemudahan agar warga juga semakin tertarik melewati Tol Bali Mandara, tapi justru masuk tol antreannya macet.

Hal senada juga dikatakan seorang warga, Syaifullah bahwa kondisi jalan tol setiap sore krodit dan macet, sehingga pihaknya lebih memilih lewat jalan umum saja. Walau jarak tempuh agak jauh tapi tetap saja nyaman.

"Sudah berbayar, tapi pelayanannya kurang memuaskan. Apalagi di jalur sepeda motor, sekarang jalannya terasa semakin bergelombang. Karena kondisi jalan tersebut mulai tidak merata. Mari pikirkan bagi pemotor masuk tol dan berhati-hatilah," ujarnya.

Sementara itu, anggota Komisi III DPRD Bali Ketut Nugrahita Pendit meminta kepada pengelola Tol Bali Mandara memperhatikan juga kondisi jalannya, kalau itu harus diperbaiki, terutama di jalur sepeda motor agar tidak bergelombang.

"Masyarakat yang memanfaatkan jalan tol tersebut khan berbayar. Semestinya memberikan pelayanan yang lebih baik. Apalagi mulai per 1 Oktober mendatang sudah menerapkan pembayaran menggunakan kartu. Ini artinya warga terpaksa harus memiliki kartu tersebut, walau mereka kesana tidak secara kontinyu," katanya.

Ia menyarankan kepada pengelola tol memberikan pelayanan dengan baik kepada masyarakat, jangan gara-gara akan menerapkan sistem kartu, terus dibuat macet, sehingga dengan terpaksa juga masyarakat membeli kartu tersebut.

"Mungkin harus dipikirkan oleh pihak pengelola tol. Apalagi yang membangun tol tersebut adalah BUMN yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat bepergian. Bukan malah sebaliknya menyulitkan warga memanfaatkan jalan itu," ucapnya.

Ada juga warga yang tidak setiap hari kesana, mereka pasti membayar secara tunai. Ini harus diperhatikan juga, jangan hanya melihat yang setiap hari menggunakan jalan itu. Bagaimana kalau masyarakat Bali yang lewat sekali, apa tidak boleh membayar tunai.

"Ini perlu dikaji, walau memang sudah ditetapkan penggunakan pembayaran otomatis (kartu e-toll) akan berlaku mulai 1 Oktober. Perlu juga dikaji kembali, tidak saja dari penggunaan tapi dampak yang lainnya," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017