Kuta (Antara Bali) - Pemerintah Indonesia bersama enam perusahaan yang tergabung dalam "Packaging and Recyling Aliance for Indonesia Sustainable Environment" (PRAISE) siap menangani permasalahan sampah di kawasan pesisir.
"Spirit terbentuknya PRAISE ini untuk membangun kerja sama dengan semua pihak, agar mendapatkan solusi untuk pencegahan dan penanggulangan sampah secara nyata yang harus dilakukan sejak dini," kata Direktur Urusan Publik Perusahaan PT Coca-Cola Indonesia, Triyono Prikosoesilo, dalam "gala dinner" di Kuta, Bali, Senin.
Ia mengatakan, PRAISE sangat mendukung upaya pemerintah melalui Kemenko Kemaritiman bersama para pemangku kepentingan untuk bersama-sama bergerak mengelola problem sampah, sehingga tidak menjadi beban bagi generasi berikutnya dan mengubah pola pikir masyarakat agar mencintai lingkungan.
Fokus PRAISE dalam upaya penanganan sampah, kata Triyono yang juga selaku anggota PRAISE itu, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di dunia yang juga mendorong eksploitasi alam dalam bentuk suatu produk yang kemudian dibuang begitu saja perlu dilakukan perubahan.
Ia menambahkan, PRAISE yang beranggotakan enam perusahaan yakni PT Coca-Cola Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, PT Tetra Pak Indonesia, PT Tirta Investama dan PT Unilever Indonesia Tbk ingin mendorong perusahaan lainnya untuk ikut melakukan gerakan upaya pengolahan sampah ini.
Pihaknya ingin mengubah pola pikir masyarakat agar berpartisipasi mengolah bahan baku sampah menjadi nilai ekonomis yang tinggi dan bermanfaat, artinya sampah yang tidak terpakai itu dapat diolah kembali menjadi bahan yang bermanfaat, sehingga upaya ini perlu didorong.
"Dengan duduk bersama membahas upaya ini, saya yakin ada solusi yang dapat dilakukan bersama untuk mencegah sampah ini," ujarnya.
Aliansi PRAISE melihat ada tanggung jawab masing-masing untuk penanganan ini, baik itu dari pemerintah, LSM, masyarakat dan perusahaan.
Namun, pihaknya melihat bagaimana PRAISE ini membangun kesadaran (awareness) kepada member PRAISE untuk mendukung kegiatan ini yang mengarah edukasi masyarakat.
"Mereka dapat melakukan konteks yang dipayungi PRAISE ataupun masing-masing perusahaan. Namun, upaya ini harus dibangun bersama," ujarnya.
Ia mencontohkan, hal termudah yang dapat dilakukan di lingkungan rumah masing-masing dengan cara memilah sampah organik dan anorganik yang ditampung pada satu tempat.
"Hal ini dapat mempermudah pemulung untuk menyortir sampah yang dapat didaur ulang, sehingga sampah anorganik yang berharga dapat diolah lagi," ujarnya.
Apabila hal ini tidak dilakukan, maka konsekuensinya proses pengolahannya menjadi sulit dan membutuhkan biaya yang mahal, sehingga tidak ada insentif bagi industri dan pemerintah untuk melakukan ini.
"Ini yang kami dorong semua pihak untuk mau melakukan pemilahan sampah di masing-masing rumah tangganya," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Spirit terbentuknya PRAISE ini untuk membangun kerja sama dengan semua pihak, agar mendapatkan solusi untuk pencegahan dan penanggulangan sampah secara nyata yang harus dilakukan sejak dini," kata Direktur Urusan Publik Perusahaan PT Coca-Cola Indonesia, Triyono Prikosoesilo, dalam "gala dinner" di Kuta, Bali, Senin.
Ia mengatakan, PRAISE sangat mendukung upaya pemerintah melalui Kemenko Kemaritiman bersama para pemangku kepentingan untuk bersama-sama bergerak mengelola problem sampah, sehingga tidak menjadi beban bagi generasi berikutnya dan mengubah pola pikir masyarakat agar mencintai lingkungan.
Fokus PRAISE dalam upaya penanganan sampah, kata Triyono yang juga selaku anggota PRAISE itu, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di dunia yang juga mendorong eksploitasi alam dalam bentuk suatu produk yang kemudian dibuang begitu saja perlu dilakukan perubahan.
Ia menambahkan, PRAISE yang beranggotakan enam perusahaan yakni PT Coca-Cola Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, PT Tetra Pak Indonesia, PT Tirta Investama dan PT Unilever Indonesia Tbk ingin mendorong perusahaan lainnya untuk ikut melakukan gerakan upaya pengolahan sampah ini.
Pihaknya ingin mengubah pola pikir masyarakat agar berpartisipasi mengolah bahan baku sampah menjadi nilai ekonomis yang tinggi dan bermanfaat, artinya sampah yang tidak terpakai itu dapat diolah kembali menjadi bahan yang bermanfaat, sehingga upaya ini perlu didorong.
"Dengan duduk bersama membahas upaya ini, saya yakin ada solusi yang dapat dilakukan bersama untuk mencegah sampah ini," ujarnya.
Aliansi PRAISE melihat ada tanggung jawab masing-masing untuk penanganan ini, baik itu dari pemerintah, LSM, masyarakat dan perusahaan.
Namun, pihaknya melihat bagaimana PRAISE ini membangun kesadaran (awareness) kepada member PRAISE untuk mendukung kegiatan ini yang mengarah edukasi masyarakat.
"Mereka dapat melakukan konteks yang dipayungi PRAISE ataupun masing-masing perusahaan. Namun, upaya ini harus dibangun bersama," ujarnya.
Ia mencontohkan, hal termudah yang dapat dilakukan di lingkungan rumah masing-masing dengan cara memilah sampah organik dan anorganik yang ditampung pada satu tempat.
"Hal ini dapat mempermudah pemulung untuk menyortir sampah yang dapat didaur ulang, sehingga sampah anorganik yang berharga dapat diolah lagi," ujarnya.
Apabila hal ini tidak dilakukan, maka konsekuensinya proses pengolahannya menjadi sulit dan membutuhkan biaya yang mahal, sehingga tidak ada insentif bagi industri dan pemerintah untuk melakukan ini.
"Ini yang kami dorong semua pihak untuk mau melakukan pemilahan sampah di masing-masing rumah tangganya," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017