Denpasar (Antara Bali) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan Indonesia membutuhkan lebih banyak tenaga aktuaris untuk memenuhi tingginya kebutuhan industri keuangan nonbank seperti asuransi dan dana pensiun, mengingat jumlahnya saat ini di seluruh Indonesia mencapai sekitar 465 orang.

"Tidak bisa dipungkiri masih ada kesenjangan pertumbuhan industri keuangan nonbank dengan pertumbuhan profesional aktuaris, " kata Kepala Bidang Pengawasan Industri Keuangan Nonbank (IKNB) Husein Triarso ketika menghadiri literasi keuangan oleh AXA Indonesia di Denpasar, Jumat.

Menurut Husein, tahun 2016 terdapat 389 lembaga keuangan nonbank dengan 465 orang profesional aktuaris (asuransi dan dana pensiun).

Sedangkan, lanjut dia, jumlah aktuaris ideal untuk memenuhi kebutuhan pada tahun itu adalah sekitar 802 orang.

Husein mengatakan posisi tenaga aktuaris memiliki peran strategis khususnya bagi perusahaan asuransi mengingat undang-undang mewajibkan asuransi harus memiliki profesional tersebut.

Aktuaris, lanjut dia, berperan di antaranya menentukan dan merancang produk asuransi dan memiliki kemampuan untuk menghitung nilai premi dan risiko kehidupan.

Husein mengatakan jumlah tenaga profesional yang masih relatif kurang itu diprediksi karena profesi aktuaris belum menjadi sasaran tamatan sekolah menekuni ilmu tersebut lebih lanjut.

Begitu juga lulusan sarjana belum banyak memilih profesi itu mengingat belum banyak perguruan tinggi yang memberikan materi pengajaran intensif.

Untuk mendukung pertumbuhan aktuaris, perusahaan asuransi AXA Indonesia mengadakan edukasi kepada pelajar SMA Negeri 1 Denpasar dalam program "Siswa Cerdas Siswa Mandiri" bersama OJK dan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan memberikan pemahaman pengelolaan keuangan termasuk mengenalkan aktuaris sejak dini.

Direktur AXA Financial Indonesia Nina Ong yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan program tersebut digelar sejalan dengan OJK mencanangkan 1.000 aktuaris dan pihaknya ingin berkontribusi mendukung literasi keuangan kepada masyarakat Indonesia khususnya generasi muda.

"Kami memulai dari sekolah karena ini sangat penting. Mereka nanti ingin memilih sekolah lanjutan jadi ini akan membuat mereka akan sadar sejak dini jurusan yang ingin dipilih. Apalagi aktuaris itu belum terlalu familiar, kami ingin kenalkan itu," ucapnya.

Saat ini pihaknya memiliki sekitar 47 tenaga aktuaris yang seakan menjadi "nafas" bagi perusahaan itu dan diproyeksikan akan terus bertambah menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan yang berkembang dengan inovasi untuk melahirkan produk asuransi.

Denpasar merupakan kota keenam di Indonesia untuk edukasi kepada pelajar SMA dengan menggandeng UGM.

Bersama kampus di Yogyakarta itu, pihaknya membuka kesempatan pelatihan dan magang atau berkarir di perusahaan tersebut bagi mahasiswa lulusan Ilmu Matematika dan Statistik.

Sementara itu Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Matematika Universitas Gadjah Mada Danardono Ph.D ditemui pada kesempatan yang sama mengatakan perguruan tinggi tersebut akan membuka program studi sarjana (S1) aktuaria yang berada di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).

Beberapa perguruan tinggi lainnya di Indonesia, kata dia, saat ini juga merintis program studi khusus tersebut untuk mendorong pertumbuhan profesional aktuaris.

"Kami berencana membuka program studi sarjana aktuaria tahun 2018," ucapnya.

Dengan adanya edukasi keuangan dan pengenalan aktuaris bagi pelajar diharapkan ada pilihan baru bagi pelajar di SMA 1 Denpasar untuk mempertimbangkan aktuaria sebagai jurusan yang nantinya ditekuni pada jenjang pendidikan lebih tinggi.

"Selama ini tamatan kami lebih banyak terserap di ilmu kedokteran, teknik dsn ekonomi. Dengan pengenalan aktuaria ini ada pilihan baru untuk dipertimbangkan," kata Kepala SMA 1 Denpasar Nyoman Purnajaya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017