Sheridan, Oregon/Charleston, Amerika Serikat (Antara Bali) - Bayangan bulan menghalangi sinar matahari, Senin pagi waktu AS, ketika gerhana matahari total pertama dalam satu abad menyelimuti AS dari wilayah barat laut Pasifik AS sampai pesisir Atlantik. Jutaan rakyat AS serempak menengadah ke langit sambil memakai kaca mata, teleskop dan kamera.
Setelah berpekan-pekan menunggu, para pengamat menikmati fenomena alam yang berlangsung dua menit ketika bulan pelan-pelan bergerak menutupi matahari.
Gerhana ini memicu sorak sorai warga yang menontoninya langsung di Depoe Bay, Oregon, sejak bulan pelan-pelan menutupi sinar matahari. "Indah. Saya berharap bisa mengalaminya lagi," kata Stormy Shreves (57), nelayan di Depoe Bay.
Terakhir kali gerhana matahari total terjadi di wilayah pesisir pantai AS adalah pada 1918. Sedangkan terakhir kali gerhana matahari total terlihat di salah satu bagian AS terjadi pada 1979.
Sekitar 12 juta penduduk AS tinggal di area selebar 113 km dan sepanjang 4.000 km yang merupakan zona gerhana matahari total kali ini. Jutaan orang lainnya berbondong-bondong ke zona ini demi menjadi saksi langsung fenomena alam itu, sedangkan yang lain menyaksikan dari televisi dan media sosial. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Setelah berpekan-pekan menunggu, para pengamat menikmati fenomena alam yang berlangsung dua menit ketika bulan pelan-pelan bergerak menutupi matahari.
Gerhana ini memicu sorak sorai warga yang menontoninya langsung di Depoe Bay, Oregon, sejak bulan pelan-pelan menutupi sinar matahari. "Indah. Saya berharap bisa mengalaminya lagi," kata Stormy Shreves (57), nelayan di Depoe Bay.
Terakhir kali gerhana matahari total terjadi di wilayah pesisir pantai AS adalah pada 1918. Sedangkan terakhir kali gerhana matahari total terlihat di salah satu bagian AS terjadi pada 1979.
Sekitar 12 juta penduduk AS tinggal di area selebar 113 km dan sepanjang 4.000 km yang merupakan zona gerhana matahari total kali ini. Jutaan orang lainnya berbondong-bondong ke zona ini demi menjadi saksi langsung fenomena alam itu, sedangkan yang lain menyaksikan dari televisi dan media sosial. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017