Buleleng (Antara Bali) - Sejumlah warga yang teridiri dari tokoh masyarakat Desa Kubutambahan dan investor PT. Pembangunan Bali Mandiri (Pembari) melakukan persembahayangan bersama terkait rencana pembangunan bandara di darat tepatnya di Desa Kubutambahan, Bali.
    
"Persembahyangan bersama ini bertujuan untuk memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan agar pembangunan bandara di darat oleh investor PT. Pembari dengan PT. Wijaya Karya Tbk berjalan lancar, rahayu dan tepat terwujud," kata Presiden Direktur PT. Pembari, Rolly Irwananda seusai persembahyangan di Pura Desa Kubutambahan, Sabtu.

Menurut dia, sebenarnya rencana pembangunan bandara tersebut sudah dirancang pada zaman penjajahan Belanda namun dalam Perang Dunia ke-II Belanda kalah dengan Jepang sehingga lahan rencana pembangunan bandara itu mangkrak sampai saat ini.

Dengan demikian, pihaknya selaku investor hanya melanjutkan rencana pembangunan bandara tersebut karena kondisi Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, sudah tidak mampu menampung kedatangan pesawat ke Pulau Dewata. "Solusinya adalah membangun bandara baru sekaligus menunjang kunjungan pariwisata ke Bali," ujarnya.



Presiden Direktur PT. Pembangunan Bali Mandiri, Rolly Irwananda (kelima kiri) bersama tokoh masyarakat melakukan persembahyangan bersama yang bertepatan dengan Hari Raya Saraswati di Pura Desa Kubutambahan, Buleleng, Bali, Sabtu (19/8).


Dalam persembahyangan bersama tersebut dihadiri oleh seluruh pemangku pura sekitar 40 orang, semua anggota desa linggih lebih sekitar 20 orang, pecalang, Klian Desa adat termasuk masyarakat Desa Kubutambahan.

Sebelum melakukan persembahyanan diawali dengan paruman atau rapat antara investor dan masyarakat setempat untuk mensosialikan rencana pembangunan bandara baru di darat.

Klian Desa Pakraman Kubutambahan, Jro Pasek Ketut Warkadia mengatakan bahwa sembahyang bersama yang bertepatan dengan Hari Raya Saraswati itu bertujuan agar rencana pembangunan bandara baru di Bali Utara segera terealisasi.

"Saat ini kami bersama warga memohon agar siapapun yang disetujui oleh pemerintah untuk membangun bandara kami setuju dan mendukung pemerintah," ujarnya.

Kepala Desa kubutambahan, Gede Pariadnyana mengatakan hal yang sama bahwa sifatnya masyarakat desa setempat sangat setuju dengan rencana pembangunan bandara baru di darat.

"Kami sudah mendengarkan sosialisasi langsung dari investor bahwa rencana pembangunan bandara di darat tidak akan mengenai pura dan lahan produktif yang ada di Desa Kubutambahan," ujarnya.

Selain itu, pihaknya menilai bahwa lebih menguntungkan desa jika pembangunan bandara dilakukan di darat. "Jika bandara baru di laut maka akan terjadi reklamasi, akses masyarakat pesisir akan hilang dan desa akan menjadi penonton dan tidan mendapat keuntungan apapun dari pembangunan bandara tersebut," ujarnya.

Klian Banjar Adat Kubu Anyar, Gede Subagia juga mendukung rencana pembangunan bandara baru di darat dan berhara pembangunannya lebih cepat terealisasi.

"Selain itu, kebetulan ada tanah desa yang tidak produktif dan dimanfaatkan oleh investor untuk bandara baru sehingga masyarakat akan diuntungkan dengan pembangunan bandara ini," ujarnya.

Dia juga menilai jika nantinya ada bandara baru di darat makan generasi muda yang akan datang tidak akan merantau dan bisa bergantung pada kemajuan bandara tersebut.

Sementara itu, Komisaris Utama PT Pembari, Ketut Suardana Linggih dihubungi melalui telepon mengatakan bahwa persembahyangan atau doa bersama itu adalah momen yang sangat tepat yang bertepatan dengan hari raya Saraswati.

"Inti dari persembahyanag bersama tersebut agar masyarakat dan pejabat pemerintah hendaknya dengan sadar setiap saat menggunakan ilmu pengetahuan untuk menilai atau menimbang sesuatu itu apakah bak atau buruk," ujarnya.

Pihaknya berharap sebagai investor agar apa yang dicita-citakan oleh masyarakat tepatnya di Desa Kubutambahan segera terwujud dan memberikan dampak baik bagi masyarakat setempat.  (Wra)

Video oleh Wira Suryantala


Pewarta: Wira Suryantala

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017