Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menggelar pameran topeng mengusung tema "Singapadu: The Power Behind the Mask".

"Kegiatan tersebut disertai dengan penayangan Film dan Timbang Pandang Barong Kunti Sraya yang akan digelar Sabtu (12/8)," kata Penata acara tersebut Juwitta K Lasut di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan ketiga kegiatan tersebut yakni pameran, pemutaran film dan diskusi itu berangkat dari buku berjudul serupa yang ditulis oleh Dr Ni Luh Swasthi Wijaya Bandem, SST, mantan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

Tampil sebagai pembicara dalam diskusi yang terbuka untuk umum itu Dr Ni Luh Swasthi Wijaya Bandem bersama Prof Dr I Wayan Dibia, SST, MA, serta I Ketut Kodi, SSP, M.Si.

Selain itu, secara khusus akan ditayangkan film tentang Barong Kunti Sraya yang bersumber dari rekaman bersejarah Bali 1928, hasil repatriasi yang dilakukan STMIK STIKOM Bali dan "Arbiter Cultural and Traditions" New York. Tayang film ini akan disertai pengantar atau narasi oleh Marlowe Makaradhwaja.

Desa Singapadu yang berlokasi di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, tidak bisa dipisahkan dari eksistensi seni pertunjukan Bali, yakni dramatari Barong Ket dan dramatari Topeng.

Desa Singapadu, Gianyar itu hingga awal tahun 1960-an adalah satu-satunya daerah di Bali yang memiliki pertunjukkan Barong secara rutin untuk wisatawan, sehingga tidak mengherankan bila kini seni-seni tersebut masih dipertahankan.

Hampir setiap banjar di lingkungan Desa Singapadu memiliki barong yang menandakan pula masih tetap eksisnya dramatari Barong Ket dengan lakon Calonarang yang terkenal serta sudah ada sejak abad ke XIX.

Barong Ket dengan lakon Kunti Sraya, seringkali disebut sebagai Barong Kunti Sraya, diciptakan belakangan, pada tahun 1948 oleh tiga serangkai yakni Ida Cokorda Oka, I Wayan Geria dan I Made Kredek.

Menurut Ni Luh Swasthi Bandem, wisatawan mancanegara lebih mengenalnya dengan sebutan "Barong and Kris Dance".

Ia pun menyebut karya seni yang dikemas oleh ketiga seniman yang berasal dari desa Singapadu itu dipentaskan pertama kali di Jaba Pura Desa Singapadu oleh Pamaksan Banjar Sengguan, Singapadu.

"Penciptaan barong Kunti sraya ini turut mendorong terciptanya beberapa topeng yang dikreasi oleh I Dewa Putu Kebes, yang digunakan untuk mendukung pertunjukan dramatari Barong Kuntisraya," ujar Ni Luh Swasthi Bandem.

Selain itu juga terciptanya Tari Bojog dan Celuluk/Pangpang oleh I Made Monolan. Keberhasilan yang dicapai Grup Barong Sengguan Singapadu berkat dukungan seniman-seniman yang mumpuni serta memiliki kemampuan yang luar biasa.

Demikian juga adanya rasa kebersamaan untuk mendukung gagasan terciptanya dramatari Barong Kuntisraya.

Swasthi Wijaya Bandem menjelaskan dalam pertunjukan Barong Kunti Sraya memadukan unsur-unsur bebarongan (Calonarang), Palegongan dan Pagambuhan. Dari tradisi Barong Ket ini kemudian lahir penari-penari Barong Ket (juru bapang).

Di antara para nama-nama yang masih diingat oleh masyarakat setempat adalah seperti I Ketut Rujag, I Wayan Monolan dan I Made Gina. Dari generasi berikutnya muncul I Wayan Dibia dan I Nyoman Rawos yang merupakan binaan langsung dari I Made Kembur dari Bungkasa Badung.

"Generasi penari barong dan yang paling muda adalah I Made Musliana yang tiada lain cucu dari I Wayan Monolan," ujar Swasthi Wijaya Bandem. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017