Denpasar (Antara Bali) - Kementerian Luar Negeri mendorong pelaku usaha kecil menengah di Bali memaksimalkan peluang dan kesempatan untuk ekspansi bisnis di negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) karena produk dari Pulau Dewata diminati di kawasan regional tersebut. 

 "Produk dari Bali sangat bagus, beragam dan memiliki potensi besar. Ini merupakan peluang, apalagi ada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah terbuka," kata Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Kementerian Luar Negeri Ade Petranto ketika membuka lokakarya strategi UKM Bali penetrasi pasar Asia Tenggara di Kuta, Kabupaten Badung, Rabu. 

 Produk dari UKM Bali yang banyak diproduksi dan diminati pasar internasional di antaranya produk makanan dan minuman, spa, tenun, sarung Bali dan garmen. Menurut Ade, pemerintah saat ini mendorong pelaku UKM di Indonesia agar memanfaatkan peluang ekspansi bisnis ekspor dan tidak hanya berkutat di pangsa pasar domestik. 

 Kemudahan telah disediakan pemerintah di antaranya akses permodalan dengan memberikan subsidi bunga kredit pembiayaan melalui kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga sembilan persen pertahun. 

 Kemudahan lain di antaranya mengurus perizinan melalui pelayanan terpadu satu pintu. Kemenlu, lanjut dia, berupaya memfasilitasi dan mendiseminasikan informasi menyangkut upaya dan peluang pasar di mancanegara termasuk kawasan ASEAN dengan jaringan 132 kantor perwakilan RI di seluruh dunia, termasuk 18 kantor di antaranya di kawasan Asia Tenggara. 

 Indonesia, lanjut Ade, memiliki potensi besar dalam pengembangan UKM mengingat jumlahnya yang signifikan secara nasional mencapai 57 juta unit usaha dan menyerap 97,3 persen tenaga kerja serta menyumbang sekitar 56 persen bagi pendapatan domestik bruto. 

 Dari jumlah unit usaha itu, lanjut Ade, sejatinya UKM Indonesia masih sangat berpeluang besar mengingat baru sekitar 724 UKM di antaranya sudah memasuki pasar ASEAN. Pelaku usaha itu mengekspor beragam produk di antaranya baju Muslim, kopi dan khusus makanan olahan bahkan hampir 30 persen pangsa pasarnya terserap di kawasan regional itu. 

 Mengingat beberapa produk dari Indonesia dan Bali khususnya memiliki kemiripan, untuk itu ia mengharapkan agar pelaku UKM meningkatkan daya saing produk, kemasan, serta produk berkualitas yang kreatif dan inovatif. 

 Pihaknya juga mendorong pemanfaatan teknologi informasi pemasaran melalui media sosial dan transaksi perdagangan dalam jaringan atau "e-commerce" untuk merebut pangsa pasar lebih luas dan cepat. 

 Dalam lokakarya yang digelar Kemenlu bekerja sama dengan "Business and Export Development Organization" (BEDO) dan Organisasi Buruh Internasional di bawah naungan PBB (ILO) tersebut diikuti sekitar 60 pelaku UKM di Bali. 

 Mereka mendapatkan lokakarya menyangkut strategi meningkatkan akses pasar dan menembus pasar ASEAN dengan menghadirkan pembicara dari Kementerian Perdagangan serta Koordinator Fungsi Ekonomi dan Atase Perdagangan dari Perwakilan RI di Bangkok, Manila, Kuala Lumpur, Singapura dan Yangon. 

 Lokakarya menggunakan program wirausaha bertanggung jawab dan memiliki daya saing berkelanjutan (SCORE) yang dikembangkan ILO untuk membantu UKM meningkatkan mutu dan produktivitas, memperbaiki kondisi kerja yang sehat dan aman serta penguatan hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja. 

 Sebelumnya mereka telah mendapatkan program peningkatan daya saing dan saat ini fokus peningkatan akses pasar. 

 Sementara itu seorang peserta dari Denpasar, Imam Fauzi mengaku berencana akan menerapkan strategi yang diberikan untuk menembus pangsa pasar ASEAN. Fauzi menekuni usaha kerajinan bambu ukir untuk dekorasi yang berpusat di Sesetan Denpasar bernama "Bambooji" itu banyak memasok produknya untuk eksportir.

Dia mengaku produk kerajinannya saat ini sudah memasuki pasar ekspor ke Eropa salah satunya Belanda disamping memenuhi kebutuhan konsumen di Bali. "Pasar ASEAN belum masuk untuk ekspor produk. Saya harap setelah ini ada peluang memasarkan produk saya ke kawasan itu," ucapnya.(DWA) 

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Dewa Sudiarta Wiguna


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017