Denpasar (Antara Bali) - Subsektor perikanan membentuk nilai tukar petani (NTP) di Bali memberi andil sebesar 104,89 persen selama bulan Juni 2017 atau meningkat 0,12 persen dibanding bulan sebelumnya (Mei 2017) tercatat 104,77 persen.
"Kenaikan peranan subsektor perikanan tersebut berkat indeks harga yang diterima petani (It) bertambah 0,19 persen dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik lebih kecil hanya 0,07 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Kamis.
Ia menyebutkan, kenaikan indeks harga yang diterima petani dipicu oleh naik harga-harga pada kelompok perikanan budi daya sebesar 0,71 persen, meskipun kelompok perikanan tangkap merosot sebesar 0,07 persen.
Secara umum beberapa komoditas yang mendorong kenaikan indeks harga yang diterima petani antara lain rumput laut, cakalang, udang, tenggiri, dan tuna.
Adi Nugroho menambahkan, penurunan indeks harga yang dibayar petani didorong oleh naik indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,05 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,12 persen.
Bali selama bulan Mei 2017 mengekspor ikan dan udang sebesar 11,861 juta dolar AS, meningkat 1,736 juta dolar AS atau 17,15 persen dibanding bulan sebelumnya (April 2017) tercatat 10,125 juta dolar AS.
Perolehan devisa tersebut dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya merosot 487.855 dolar AS atau 3,95 persen, karena bulan Mei 2016 menghasilkan sebesar 12,349,4 juta dolar AS.
Pengapalan ikan dan udang itu mampu memberikan kontribusi sebesar 23,33 persen dari total nilai ekspor Bali mencapai 50,841 juta dolar AS selama bulan Mei 2017, meningkat 26,84 persen dari sebelumnya hanya 40,082 juta dolar AS.
Ikan dan udang hasil tangkapan perusahaan perikanan yang mangkal di Pelabuhan Benua, Kota Denpasar maupun hasil tangkapan nelayan setempat itu, paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat yang mencapai 35,62 persen.
Kemudian, menyusul diserap pasaran Jepang 24,32 persen, China 9,13 persen, Hong Kong 5,31 persen, Prancis 2,46 persen, Australia 5,31 persen, Singapura 1,10 persen, Jerman 1,44 persen, Belanda 1,91 persen, dan Spanyol 0,06 persen.
Sedangkan selebihnya 13,35 persen menembus berbagai negara lainnya, karena ikan dan udang segar dari Pulau Dewata sangat diminati konsumen luar negeri.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor perikanan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali, terdiri atas tiga subsektor mengalami kenaikan dan dua subsektor mengalami penurunan.
Ketiga subsektor yang mengalami kenaikan selain subsektor perikanan, juga tanaman pangan yang terdiri padi dan lapawija sebesar 0,26 persen dan peternakan 0,75 persen.
Sedangkan dua subsektor yang mengalami penurunan terdiri atas hortikultura 0,92 persen, dan sektor tanaman perkebunan rakyat 0,75 persen, ujar Adi Nugroho pula. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kenaikan peranan subsektor perikanan tersebut berkat indeks harga yang diterima petani (It) bertambah 0,19 persen dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik lebih kecil hanya 0,07 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Kamis.
Ia menyebutkan, kenaikan indeks harga yang diterima petani dipicu oleh naik harga-harga pada kelompok perikanan budi daya sebesar 0,71 persen, meskipun kelompok perikanan tangkap merosot sebesar 0,07 persen.
Secara umum beberapa komoditas yang mendorong kenaikan indeks harga yang diterima petani antara lain rumput laut, cakalang, udang, tenggiri, dan tuna.
Adi Nugroho menambahkan, penurunan indeks harga yang dibayar petani didorong oleh naik indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,05 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,12 persen.
Bali selama bulan Mei 2017 mengekspor ikan dan udang sebesar 11,861 juta dolar AS, meningkat 1,736 juta dolar AS atau 17,15 persen dibanding bulan sebelumnya (April 2017) tercatat 10,125 juta dolar AS.
Perolehan devisa tersebut dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya merosot 487.855 dolar AS atau 3,95 persen, karena bulan Mei 2016 menghasilkan sebesar 12,349,4 juta dolar AS.
Pengapalan ikan dan udang itu mampu memberikan kontribusi sebesar 23,33 persen dari total nilai ekspor Bali mencapai 50,841 juta dolar AS selama bulan Mei 2017, meningkat 26,84 persen dari sebelumnya hanya 40,082 juta dolar AS.
Ikan dan udang hasil tangkapan perusahaan perikanan yang mangkal di Pelabuhan Benua, Kota Denpasar maupun hasil tangkapan nelayan setempat itu, paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat yang mencapai 35,62 persen.
Kemudian, menyusul diserap pasaran Jepang 24,32 persen, China 9,13 persen, Hong Kong 5,31 persen, Prancis 2,46 persen, Australia 5,31 persen, Singapura 1,10 persen, Jerman 1,44 persen, Belanda 1,91 persen, dan Spanyol 0,06 persen.
Sedangkan selebihnya 13,35 persen menembus berbagai negara lainnya, karena ikan dan udang segar dari Pulau Dewata sangat diminati konsumen luar negeri.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor perikanan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali, terdiri atas tiga subsektor mengalami kenaikan dan dua subsektor mengalami penurunan.
Ketiga subsektor yang mengalami kenaikan selain subsektor perikanan, juga tanaman pangan yang terdiri padi dan lapawija sebesar 0,26 persen dan peternakan 0,75 persen.
Sedangkan dua subsektor yang mengalami penurunan terdiri atas hortikultura 0,92 persen, dan sektor tanaman perkebunan rakyat 0,75 persen, ujar Adi Nugroho pula. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017