Denpasar (Antara Bali) - Kesenian "Legong Lanang" yang dipentaskan Sanggar Balerung Mandera Srinetrya Waditra, Desa Peliatan, Kabupaten Gianyar dalam ajang Pesta Kesenian Bali ke-39, mengingatkan masyarakat pentingnya menjaga air untuk kehidupan sehari-hari.

Legong berjudul Indra Maya yang menceritakan tentang peperangan Dewa Indra dengan Mayadenawa.

"Hingga akhirnya Mayadenawa dapat dibunuh di suatu ladang di dekat Banjar Saraseda, dan darahnya mengalir membentuk sebuah sungai yang disebut Petanu," kata Pemilik Sanggar Balerung Mandera Srinetrya Waditra, Anak Agung Gde Oka Dalem di sela-sela pementasannya di Taman Budaya, Denpasar, Rabu petang.

Dari kisah tersebut, dapat dimaknai bahwa air bisa menjadi bencana jika tidak dijaga dengan baik. Air sungai dalam kisah tersebut menjadi tercemar karena sifat dari Mayadenawa yang kasar, dalam konteks kekinian dikaitkan dengan polusi. Sedangkan air sangat penting artinya jika digunakan untuk tujuan mulia.

Tari Legong Indra Maya tersebut ditarikan oleh tujuh orang penari yang kesemuanya laki-laki, dengan riasan seperti Legong saat ini yang lazim ditarikan oleh kaum hawa.

Di sisi lain, pihaknya juga ingin memberikan contoh bahwa kaum laki-laki (lanang) juga bisa menarikan tari Legong, yang dewasa ini lebih sering ditarikan oleh kaum perempuan. "Kami ingin memberikan contoh, bahwa penari lanang tetap dengan gaya laki-lakinya, bukan dengan gaya perempuan," ucap Oka Dalem yang juga menjadi koreografer dalam pementasan tersebut.

Menurut Oka Dalem, pada awalnya sejumlah tarian Bali seperti tari Arja, Pegambuhan, dan Legong memang biasa ditarikan oleh laki-laki. Untuk Legong di Peliatan, mulai ditarikan oleh penari perempuan sejak 1931 untuk tujuan lawatan ke Paris.

"Mulai ditarikan oleh perempuan karena tari Legong itu kesannya lembut dan perempuan bisa menarikan dengan baik," ujar Oka Dalem yang berperan sebagai Legong Lasem dalam pementasan tersebut.

Dia mengingatan pakem tari Legong tetap mempunyai pakem tersendiri, sekalipun ditarikan oleh kaum laki-laki. "Jadi, jangan mencoba diri menjadi perempuan, sulit kalau begitu," katanya.

Oka Dalem berpandangan sesungguhnya tidak sulit bagi kaum laki-laki untuk menarikan Legong karena pada dasarnya setiap orang mempunyai rasa seni sendiri, baik laki maupun perempuan.

"Tari Bali sendiri sebenarnya ada tiga jenis yakni tari laki, bebancihan, dan perempuan. Akan sangat baik, kalau seorang penari bisa menarikan ketiga jenis tarian itu," ucapnya.

Dalam pementasan yang berlangsung di Kalangan (panggung) Ayodhya, Taman Budaya, Denpasar itu, juga dibawakan tari Legong Lasem Lanang, Tari Kebyar Terompong dan Kebyar Duduk. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017