Negara (Antara Bali) - Nelayan di Kabupaten Jembrana yang melaut dengan menggunakan sampan, kesulitan untuk mencukupi modal operasional karena paceklik yang cukup panjang.
"Modal operasional saya sudah hampir habis karena paceklik panjang ini. Sudah sekitar satu tahun, hasil tangkap tidak mencukupi untuk menutupi modal yang dikeluarkan," kata Wayan Mubasirin, nelayan dari Desa Tegalbadeng Barat, Kecamatan Negara, Rabu.
Ia mengatakan, untuk satu kali melaut dibutuhkan modal antara Rp200 ribu hingga Rp300 ribu tergantung jarak tempuh sampan.
Modal itu, menurutnya, hanya untuk membeli bahan bakar yang terdiri dari dua jenis yaitu solar untuk mesin sampan dan premium untuk genset lampu.
"Saya menggunakan perahu berbahan fiber yang jarak tempuhnya bisa jauh, sehingga membutuhkan bahan bakar yang lumayan banyak juga," kata nelayan yang ditemui di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan.
Saat hasil tangkap melimpah, ia mengakui, mendapatkan keuntungan bersih lumayan besar yaitu sekitar Rp250 ribu setiap hari.
Menurutnya, rata-rata sampan fiber dimiliki oleh beberapa orang sehingga hasilnya juga harus dibagi sesuai besarnya modal yang mereka tanam.
"Kalau total keuntungan bersih dari penjualan ikan bisa Rp1 juta setiap hari. Keuntungan itu dibagi beberapa nelayan yang menjalankan sampan," katanya.
Meskipun dimiliki beberapa orang, ia mengatakan, paceklik panjang menyebabkan masing-masing orang yang mengurusi sampan kesulitan untuk mencukupi modal operasional setiap hari.
Kondisi yang lebih parah dialami Ilham Mulyono, nelayan lainnya yang mengaku, sama sekali sudah tidak memiliki modal operasional untuk sampan fibernya.
"Jangankan modal, untuk hidup sehari-hari saja susah. Sementara ini sampan fiber saya tidak beroperasi," katanya.
Saat modal mulai menipis, nelayan ini masih berusaha dengan menjual beberapa bagian sampan yang tidak penting, dengan harapan paceklik ikan segera berakhir.
"Tapi sampai uangnya habis ternyata masih paceklik. Sekarang lebih baik menunggu kabar dari nelayan lain, kalau mulai ada ikan baru sampan akan saya operasikan lagi dengan berhutang untuk modal," katanya.
Sudah sekitar satu tahun terakhir, nelayan di Kabupaten Jembrana baik yang menggunakan sampan maupun perahu selerek mengalami paceklik ikan. (GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Modal operasional saya sudah hampir habis karena paceklik panjang ini. Sudah sekitar satu tahun, hasil tangkap tidak mencukupi untuk menutupi modal yang dikeluarkan," kata Wayan Mubasirin, nelayan dari Desa Tegalbadeng Barat, Kecamatan Negara, Rabu.
Ia mengatakan, untuk satu kali melaut dibutuhkan modal antara Rp200 ribu hingga Rp300 ribu tergantung jarak tempuh sampan.
Modal itu, menurutnya, hanya untuk membeli bahan bakar yang terdiri dari dua jenis yaitu solar untuk mesin sampan dan premium untuk genset lampu.
"Saya menggunakan perahu berbahan fiber yang jarak tempuhnya bisa jauh, sehingga membutuhkan bahan bakar yang lumayan banyak juga," kata nelayan yang ditemui di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan.
Saat hasil tangkap melimpah, ia mengakui, mendapatkan keuntungan bersih lumayan besar yaitu sekitar Rp250 ribu setiap hari.
Menurutnya, rata-rata sampan fiber dimiliki oleh beberapa orang sehingga hasilnya juga harus dibagi sesuai besarnya modal yang mereka tanam.
"Kalau total keuntungan bersih dari penjualan ikan bisa Rp1 juta setiap hari. Keuntungan itu dibagi beberapa nelayan yang menjalankan sampan," katanya.
Meskipun dimiliki beberapa orang, ia mengatakan, paceklik panjang menyebabkan masing-masing orang yang mengurusi sampan kesulitan untuk mencukupi modal operasional setiap hari.
Kondisi yang lebih parah dialami Ilham Mulyono, nelayan lainnya yang mengaku, sama sekali sudah tidak memiliki modal operasional untuk sampan fibernya.
"Jangankan modal, untuk hidup sehari-hari saja susah. Sementara ini sampan fiber saya tidak beroperasi," katanya.
Saat modal mulai menipis, nelayan ini masih berusaha dengan menjual beberapa bagian sampan yang tidak penting, dengan harapan paceklik ikan segera berakhir.
"Tapi sampai uangnya habis ternyata masih paceklik. Sekarang lebih baik menunggu kabar dari nelayan lain, kalau mulai ada ikan baru sampan akan saya operasikan lagi dengan berhutang untuk modal," katanya.
Sudah sekitar satu tahun terakhir, nelayan di Kabupaten Jembrana baik yang menggunakan sampan maupun perahu selerek mengalami paceklik ikan. (GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017