Denpasar (Antara Bali) - Subsektor perikanan di Provinsi Bali dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) andilnya merosot 0,64 persen dari 104,78 persen pada bulan Februari menjadi 104,12 persen pada Maret 2017.
Penurunan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (lt) menurun sebesar 0,86 persen, dan indeks harga yang dibayar petani (lb) merosot 0,22 persen, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Minggu.
Ia menatakan, penurunan peranan indeks harga yang diterima petani dipicu oleh merosot harga-harga pada kelompok perikanan tangkap sebesar 1,38 persen, meskipun kelompok perikanan budi daya tercatat meningkat sebesar 0,19 persen.
Secara umum beberapa komoditas mengalami penurunan harga antara lain cumi-cumi, lemuru, kurisi, dan selar.
Adi Nugroho menambahkan, penurunan indeks harga yang dibayar petani didorong oleh merosot indeks konsumen rumah tangga sebesar 0,41 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) naik 0,22 persen.
Bali menghasilkan devisa sebesar 7,124 juta dolar AS dari pengapalan ikan dan udang selama bulan Februari 2017, merosot 3,247 juta dolar AS atau 31,32 persen dibanding bulan Januari 2017 tercatat 10,373 juta dolar AS.
Perolehan devisa tersebut juga menurun 1,347 juta dolar AS atau 15,9 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya, karena pada Februari 2016 pengapalan ikan dan udang itu menghasilkan 8,472 juta dolar AS.
Pengapalan ikan dan udang itu mampu memberikan kontribusi sebesar 15,78 persen dari total nilai ekspor Bali mencapai 45,150 juta dolar AS selama Februari 2017, meningkat 15,39 persen dari bulan sebelumnya tercatat 39,12 juta dolar AS.
Ikan dan udang hasil tangkapan perusahaan perikanan yang mangkal di Pelabuhan Benoa, dan hasil tangkapan nelayan setempat itu paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat mencapai 33 persen.
Selain itu, juga diserap pasaran Jepang 19,38 persen, Tiongkok 11,42 persen, Australia 8,68 persen, Hong Kong 5,85 persen, Singapura 1,29 persen, Prancis 1,90 persen, Spanyol 0,02 persen, Swiss 0,06 persen, Belanda 0,38 persen, dan 19,12 persen sisanya ke berbagai negara lainnya.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor perikanan merupakan salah satu dari lima yang menentukan pembentukan NTP Bali, terdiri atas empat subsektor mengalami penurunan dan satu subsektor yakni tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,05 persen.
Keempat subsektor yang mengalami penurunan selain subsektor perikanan, juga hortikultura 2,09 persen, tanaman pangan 1,20 persen, dan peternakan 0,84 persen, ujar Adi Nugroho.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Penurunan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (lt) menurun sebesar 0,86 persen, dan indeks harga yang dibayar petani (lb) merosot 0,22 persen, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Minggu.
Ia menatakan, penurunan peranan indeks harga yang diterima petani dipicu oleh merosot harga-harga pada kelompok perikanan tangkap sebesar 1,38 persen, meskipun kelompok perikanan budi daya tercatat meningkat sebesar 0,19 persen.
Secara umum beberapa komoditas mengalami penurunan harga antara lain cumi-cumi, lemuru, kurisi, dan selar.
Adi Nugroho menambahkan, penurunan indeks harga yang dibayar petani didorong oleh merosot indeks konsumen rumah tangga sebesar 0,41 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) naik 0,22 persen.
Bali menghasilkan devisa sebesar 7,124 juta dolar AS dari pengapalan ikan dan udang selama bulan Februari 2017, merosot 3,247 juta dolar AS atau 31,32 persen dibanding bulan Januari 2017 tercatat 10,373 juta dolar AS.
Perolehan devisa tersebut juga menurun 1,347 juta dolar AS atau 15,9 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya, karena pada Februari 2016 pengapalan ikan dan udang itu menghasilkan 8,472 juta dolar AS.
Pengapalan ikan dan udang itu mampu memberikan kontribusi sebesar 15,78 persen dari total nilai ekspor Bali mencapai 45,150 juta dolar AS selama Februari 2017, meningkat 15,39 persen dari bulan sebelumnya tercatat 39,12 juta dolar AS.
Ikan dan udang hasil tangkapan perusahaan perikanan yang mangkal di Pelabuhan Benoa, dan hasil tangkapan nelayan setempat itu paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat mencapai 33 persen.
Selain itu, juga diserap pasaran Jepang 19,38 persen, Tiongkok 11,42 persen, Australia 8,68 persen, Hong Kong 5,85 persen, Singapura 1,29 persen, Prancis 1,90 persen, Spanyol 0,02 persen, Swiss 0,06 persen, Belanda 0,38 persen, dan 19,12 persen sisanya ke berbagai negara lainnya.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor perikanan merupakan salah satu dari lima yang menentukan pembentukan NTP Bali, terdiri atas empat subsektor mengalami penurunan dan satu subsektor yakni tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,05 persen.
Keempat subsektor yang mengalami penurunan selain subsektor perikanan, juga hortikultura 2,09 persen, tanaman pangan 1,20 persen, dan peternakan 0,84 persen, ujar Adi Nugroho.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017