Singaraja (Antara Bali) - Tokoh adat asal Desa Panji, Kabupaten Buleleng, Bali, Ida Gusti Putu Sueca, mengatakan tradisi "megowakan" harus dilestarikan oleh generasi muda di daerah itu karena sarat akan nilai nilai sejarah perjuangan masa lalu.

"Saya apresiasi permainan 'Megoak-goakan' yang senantiasa digelar setiap tahunnya di lapangan Ki Barak Panji Sakti, Banjar Dinas Dauh Pura, Desa Panji," kata dia, Kamis.

Ia mengatakan permainan tersebut bukan sekedar permainan biasa melainkan memiliki sejarah penting kejayaan Kerajaan Buleleng dimasa kepemimpinan Raja Anglurah Ki Barak Panji Sakti.

Menurut dia, 'megoak-goakan' pun sering dianalogikan sebagai peralihan kepemimpinan. Setiap pasukan berganti menjadi Goak (Burung Gagak) dan juga berganti menjadi Kacang (Bagian ekor) dalam permainan 'Goak Kacang Dawa'.

"Kalau Goak Kacang Dawa, orang yang ada di bagian barisan paling depan mencari orang yang berada di bagian ekor. Tapi kalau Goak Tambak, bagian depan yang berhadapan dengan barisan mencari bagian belakang dengan dihalangi oleh orang yang ada di barisan paling depan," kata dia.

Sampai saat ini, Desa Adat Panji masih memiliki kelompok pementasan yang khusus membawakan tarian Goak.

Menurut Sueca, kelompok khusus itu memang sudah terlatih bahkan masih merupakan keturunan dari para pengiring Raja Ki Barak Panji Sakti ketika melakukan pertempuran di kerajaan Blambangan.

"Yang muda wajib mengingat sejarah dan memahami makna yang ada dalam sejarah tersebut. Bukan sebatas bisa memainkan atau menarikan Goak. Tapi tentu ada yang lebih penting didalam cerita perjalanan Ida Panembahan Panji (Anglurah Ki Barak Panji) yang wajib diresapi," terangnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017