Denpasar (Antara Bali) - Yu-Chen Chiu dari Kementerian Pendidikan Republik China mendukung kerja sama antara Indonesia dan Taiwan di bidang pendidikan.
"Dengan kerja sama itu akan banyak pelajar Indonesia yang menimba ilmu di Taiwan," katanya dalam surat elektronik dari Panitia Simposium Taipei 2017 yang diterima Antara di Denpasar, Sabtu.
Simposium yang digagas PPI Taiwan di National Chengchi University (NCCU) Taiwan pada 23-24 Maret 2017 itu juga dihadiri Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei Robert James Bintaryo dan Prof. Lin Tso Yu (Dean Office of General Affairs NCCU) dan Ketua PPI Taiwan, Pitut Pramuji.
Terkait pendidikan sebagai faktor daya saing bangsa itu, Wakil Ketua Komisi X DPR-RI, Ferdiansyah, SE, M.M, menekankan tiga permasalahan utama dalam pendidikan di Indonesia, yaitu pemerataan akses, mutu dan relevansi, serta akuntabilitas dan tata kelola pendidikan.
Sementara itu, Anggota Komisi VIII DPR RI, Arief Suditomo, S.H, M.A, memfokuskan pada cara pandang dalam menghadapi permasalahan pendidikan di Indonesia.
"Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi bagian penting dari pendidikan di Indonesia dan bisa menjadi solusi untuk permasalahan pendidikan di Indonesia, sekaligus meningkatkan daya saing bangsa," kata Arief.
Lain halnya dengan Maria Indira Aryani selaku pemenang call for paper. Maria menyampaikan pentingnya pengalaman internasional bagi para pelajar untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia.
Sementara itu, Akhyari Hananto-pendiri Good News From Indonesia (GNFI), menilai banyaknya berita-berita negatif di media Indonesia berdampak pada pesimisme bangsa Indonesia.
"Karena itu, GNFI hadir untuk menyebarkan informasi-informasi yang membanggakan dari Indonesia, karena kebanggaan terhadap bangsa sendiri akan dapat meningkatkan daya saing," katanya.
Acara yang bekerja sama dengan PPI Asia-Oseania itu dihadiri delegasi PPI dari beberapa negara, yaitu Tiongkok, Thailand, Filipina, Malaysia, Australia, India, Korea, dan perwakilan PPI kampus di Taiwan.
Simposium yang juga menghadirkan Prof Bruce Chih-Yu Chien (Negotiator Trade of Negotiations Executive Yuan) dan Prof Makarim Wibisono (Duta Besar RI di PBB 2004-2007 yang kini menjabat Koordinator Europalia) itu terbagi dalam tiga panel.
Panel pertama membahas tentang fungsionaris Indonesia dan Taiwan dalam lingkungan kerja, sedangkan panel kedua membahas tentang peluang dan tantangan di bidang investasi. Panel ketiga membahas tentang perwakilan bidang pendidikan untuk memaksimalkan manfaat bagi kedua negara.
Simposium itu didukung oleh Bank Mayapada, Taiwan Economic and Trade Office (TETO), Institute of International Relation (IIR) NCCU, dan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei, serta LKBN Antara sebagai media partner. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Dengan kerja sama itu akan banyak pelajar Indonesia yang menimba ilmu di Taiwan," katanya dalam surat elektronik dari Panitia Simposium Taipei 2017 yang diterima Antara di Denpasar, Sabtu.
Simposium yang digagas PPI Taiwan di National Chengchi University (NCCU) Taiwan pada 23-24 Maret 2017 itu juga dihadiri Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei Robert James Bintaryo dan Prof. Lin Tso Yu (Dean Office of General Affairs NCCU) dan Ketua PPI Taiwan, Pitut Pramuji.
Terkait pendidikan sebagai faktor daya saing bangsa itu, Wakil Ketua Komisi X DPR-RI, Ferdiansyah, SE, M.M, menekankan tiga permasalahan utama dalam pendidikan di Indonesia, yaitu pemerataan akses, mutu dan relevansi, serta akuntabilitas dan tata kelola pendidikan.
Sementara itu, Anggota Komisi VIII DPR RI, Arief Suditomo, S.H, M.A, memfokuskan pada cara pandang dalam menghadapi permasalahan pendidikan di Indonesia.
"Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi bagian penting dari pendidikan di Indonesia dan bisa menjadi solusi untuk permasalahan pendidikan di Indonesia, sekaligus meningkatkan daya saing bangsa," kata Arief.
Lain halnya dengan Maria Indira Aryani selaku pemenang call for paper. Maria menyampaikan pentingnya pengalaman internasional bagi para pelajar untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia.
Sementara itu, Akhyari Hananto-pendiri Good News From Indonesia (GNFI), menilai banyaknya berita-berita negatif di media Indonesia berdampak pada pesimisme bangsa Indonesia.
"Karena itu, GNFI hadir untuk menyebarkan informasi-informasi yang membanggakan dari Indonesia, karena kebanggaan terhadap bangsa sendiri akan dapat meningkatkan daya saing," katanya.
Acara yang bekerja sama dengan PPI Asia-Oseania itu dihadiri delegasi PPI dari beberapa negara, yaitu Tiongkok, Thailand, Filipina, Malaysia, Australia, India, Korea, dan perwakilan PPI kampus di Taiwan.
Simposium yang juga menghadirkan Prof Bruce Chih-Yu Chien (Negotiator Trade of Negotiations Executive Yuan) dan Prof Makarim Wibisono (Duta Besar RI di PBB 2004-2007 yang kini menjabat Koordinator Europalia) itu terbagi dalam tiga panel.
Panel pertama membahas tentang fungsionaris Indonesia dan Taiwan dalam lingkungan kerja, sedangkan panel kedua membahas tentang peluang dan tantangan di bidang investasi. Panel ketiga membahas tentang perwakilan bidang pendidikan untuk memaksimalkan manfaat bagi kedua negara.
Simposium itu didukung oleh Bank Mayapada, Taiwan Economic and Trade Office (TETO), Institute of International Relation (IIR) NCCU, dan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei, serta LKBN Antara sebagai media partner. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017