Denpasar, 25/3 (Antara) - Akademisi Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Bali, Prof Dr I Made Surada mengatakan, hari raya Nyepi merupakan tonggak peringatan penyadaran dharma dan pengendalian diri menuju sifat kebaikan.
"Oleh karena itu kegiatan dalam menyambut datangnya hari-hari raya itu semestinya tidak pada segi hura-hura dan kemeriahannya, tetapi lebih banyak pada segi filsafatnya," kata dia, Sabtu.
Ia mengatakan, secara "tattwa" atau filsafat sesungguhnya Dewa dan Kala itu bersemayam pula pada diri kita. Sifat-sifat lembut, tenang, pengasih, dan sebagainya adalah sifat-sifat dewa.
Sebaliknya sifat-sifat keras, bengis kejam dan sebagainyaadalah sifat-sifat Kala. Kala harus diteduhkan sehingga yang hadir dalam diri adalah sifat-sifat kedewataan.
Ia menjelaskan, setelah alam suci, Kala teduh, maka timbulah kesepian yang berakibat ketenangan, yang diperoleh dengan mendiamkan diri. Umat Hindu mempunyai hari khusus untuk mendiamkan diri, itulah hari raya Nyepi. Pada hari ini seluruh aktivitas kerja dihentikan.
Dikatakan pula, pelaksanaan Nyepi bersesuaian dengan ajaran Yoga. Yoga mengajarkan mendiamkan gerak-geraknya pikiran yang selalu berkeliaran kemana-mana Citta vtti nirodhah. Dengan mendiamkan gerak-geraknya pikiran, maka Sang Diri akan berada pada dirinya. Pada saat-saat lain, saat melakukan kegiatan sehari-hari, Sang Diri berada diluar dirinya. Ia menyamakan dirinya dengan obyek-obyek indriya.
"Dalam suasana kegelisahan, maka mudahlah kita mengusai diri kita. Maka dari itu patutlah sewaktu-waktu kita mendiamkan diri agar pikiran kita menjadi jernih dan tenang untuk mendapatkan tenaga baru dalam melanjutkan tugas-tugas kita," kata dia.
Lebih dalam lagi, Surada mengungkapkan, Nyepi sebagai hari penemuan sang diri, hal ini akan dapat diwujudkan bila kita benar-benar memiliki dan mengamalkan ajaran agama dengan mantap dan bhakti yang tulus kepadaNya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Oleh karena itu kegiatan dalam menyambut datangnya hari-hari raya itu semestinya tidak pada segi hura-hura dan kemeriahannya, tetapi lebih banyak pada segi filsafatnya," kata dia, Sabtu.
Ia mengatakan, secara "tattwa" atau filsafat sesungguhnya Dewa dan Kala itu bersemayam pula pada diri kita. Sifat-sifat lembut, tenang, pengasih, dan sebagainya adalah sifat-sifat dewa.
Sebaliknya sifat-sifat keras, bengis kejam dan sebagainyaadalah sifat-sifat Kala. Kala harus diteduhkan sehingga yang hadir dalam diri adalah sifat-sifat kedewataan.
Ia menjelaskan, setelah alam suci, Kala teduh, maka timbulah kesepian yang berakibat ketenangan, yang diperoleh dengan mendiamkan diri. Umat Hindu mempunyai hari khusus untuk mendiamkan diri, itulah hari raya Nyepi. Pada hari ini seluruh aktivitas kerja dihentikan.
Dikatakan pula, pelaksanaan Nyepi bersesuaian dengan ajaran Yoga. Yoga mengajarkan mendiamkan gerak-geraknya pikiran yang selalu berkeliaran kemana-mana Citta vtti nirodhah. Dengan mendiamkan gerak-geraknya pikiran, maka Sang Diri akan berada pada dirinya. Pada saat-saat lain, saat melakukan kegiatan sehari-hari, Sang Diri berada diluar dirinya. Ia menyamakan dirinya dengan obyek-obyek indriya.
"Dalam suasana kegelisahan, maka mudahlah kita mengusai diri kita. Maka dari itu patutlah sewaktu-waktu kita mendiamkan diri agar pikiran kita menjadi jernih dan tenang untuk mendapatkan tenaga baru dalam melanjutkan tugas-tugas kita," kata dia.
Lebih dalam lagi, Surada mengungkapkan, Nyepi sebagai hari penemuan sang diri, hal ini akan dapat diwujudkan bila kita benar-benar memiliki dan mengamalkan ajaran agama dengan mantap dan bhakti yang tulus kepadaNya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017